Senin, 24 Januari 2011

Balada Rumah Biru, Schedule 17 - The Kopliks

Sebagai karyawan yang kerja rodi tiap hari, wajar kan kalo sekali-kali butuh refreshing. Biar seger pikiran. Nggak bete terus di kantor. Namun berhubung kita bekerja di “benteng Alamo”, ijin untuk bisa santai tidak bakalan diperbolehkan. Pokoknya, kerja, kerja dan kerja terus. Memang sebetulnya keadaan di sini bisa dilaporkan ke Depnaker. Antara intensitas kerja dan imbalannya masih terpaut jauh dari nilai “UMR” yang seharusnya. Pake istilah UMR segala, arsitek apa buruh pabrik tuh?

Hal ini juga perlu bila kita datang terlambat ke kantor. Nggak tahu kenapa si Bos lebih mementingkan kuantitas alias absensi daripada kualitas atau hasil kerja para karyawannya. Harusnya kab yang penting kerjaan beres, deadline terpenuhi, tagihan cair, si Bos tinggal terima beres aja. Begitu kan enak.. Tapi si Bos beda. Saat jam masuk kantor, si Bos selalu stand by di ruangannya yang kebetulan memiliki jendela yang langsung bisa melihat ke arah tempat parkir motor para karyawannya. Masuk kantor harus jam delapan pagi tepat nggak lebih, tapi boleh kurang. Jadi setiap ada yang datang terlambat di atas jam delapan, langsung ketahuan dan so pasti didamprat abis-abisan.
Untuk mensiasatinya, biasanya kami punya cara-cara sendiri yang telah kami sepakati bersama supaya ijin untuk sekedar “istirahat” atau terlambat bisa didapatkan. Cara-cara itu biasa kita sebut dengan istilah “kopliks”.

Berikut beberapa “kopliks” yang popular dan sering digunakan oleh para “tahanan-tahanan” di Rumah Biru, termasuk diriku tentunya, dan mohon jangan ditiru ya hehehe …

Untuk ijin terlambat,
• Mampir dulu ke Bank untuk bayar angsuran atau tagihan. Alasan ini yang paling sering digunakan oleh anak-anak Rumah Biru. Selain manjur dan nggak bakalan diinterogasi lebih lanjut, masing-masing punya argumen sendiri-sendiri yang berbeda-beda bila si Bos menanyakan saat terlambat datang ke kantor. Bisa bayar tagihan telepon, bayar tagihan listrik dan PDAM, bayar cicilan motor atau mengangsur cicilan rumah. Lagaknya kaya punya rumah sendiri aja, padahal rumah kan masih pada numpang sama ortu masing-masing ...

• Pergi ke apotek. Alasan ini paling sering digunakan oleh Prast. Ketika dia terlambat dan ketahuan sama si Bos, dia akan berdalih dengan mengatakan pergi ke apotek dulu buat menebus resep atau beli obat untuk Bapak atau Ibunya. Padahal sebenarnya dia terlambat karena kesiangannya bangunnya. Karena seringnya pake alasan ini, lama-lama si Bos curiga juga.

“Emangnya tiap hari ortumu sakit, Prast?” tanya si Bos suatu ketika.

Dengan entengnya Prast menjawab, “ Kalo sekarang cuma beli multivitamin, Pak. Supaya badan Ibu bisa lebih fit dan sehat. Jadi nggak gampang jatuh sakit lagi.”

Si Bos hanya mangut-manggut mendengarkan alasan Prast.
Hahaha, ... dasar!

• Mengantar orang tua atau sodara. Sering kugunakan alasan ini jika terlambat masuk kantor. Walau banyak bohongnya, sesekali aku memang bener-bener mengantar Ibu ke pasar atau ke pusat perbelanjaan ketika mo berangkat kantor.

• Melayat. Alasan ini jarang digunakan. Semuanya takut kalo alasan satu ini bisa jadi karma dan beneran terjadi. Jadi jika bener-bener ada sodara atau tetangga yang wafat, alasan ini baru terpakai. Takut kualat ya ngatain orang meninggal! Dan pasti Bos bisa memaklumi karena takut jika tidak mengijinkan, bisa-bisa karyawannya nyumpahin dia meninggal. Parno banget lo, Bos.

Untuk ijin nggak masuk kerja,
• Punya hajatan. Alasan ini cukup manjur digunakan, karena si Bos pasti nggak akan ngecek ke tempat hajatan. Dan hebatnya lagi, ijin yang didapet bisa berhari-hari, dengan alasan masih ada acara ini lah, masih banyak sodara jauh di rumah lah, dan sebagainya. Pernah dulu aku ijin nggak masuk dengan alasan menghadiri hajatan sodara yang di Jakarta selama beberapa hari. Padahal di sana sebenarnya memang ada hajatan, tapi bukan hajatan seperti pernikahan atau sunatan. Hajatan yang dimaksud tak lain adalah pesta menyambut liburan sekolah ponakan-ponakan yang ada di Jakarta dan keluargaku semuanya diundang. Akhirnya seluruh kerabatku semua pergi ke Ancol untuk rekreasi di sana. Lupakan sejenak kerjaan di kantor yang melelahkan ... sambil nikmati sunset yang indah di pinggir pantai. Sedaaaaap!!! ... Jadi ingat teman-teman di kantor nih, sorry ya, bro!

• Sakit flu, diare atau radang tenggorokan. Sering anak-anak Rumah Biru memakai alasan ini supaya bisa nggak masuk ke kantor. Karena saking seringnya, lama-lama Bos curiga juga. Pernah suatu hari pas aku masuk kerja, ada tiga orang teman tidak masuk kerja. Mereka adalah Prast, Alung dan Aris. Semuanya ijinnya sakit. Satu sakit flu. Satu lagi sakit diare dan sisanya sakit radang tenggorokan. Si Bos pun bertanya padaku.

“Is, anak-anak kok bisa sakit semuanya?”

“Nggak tahu, Pak. Tumben, nggak biasanya mereka sakit barengan.”

“Kenapa ya?”

“Kurang gizi kali, Pak.”

“Kok bisa? Disini kan mereka dapet jatah katering untuk makan siang. Kok bisanya kurang gizi? Maksud kamu apa?”

“Ya, jelas lah kurang gizi, Pak. Tiap hari kerja lembur melulu tapi menu kateringnya cuma tempe ama sayur lodeh doank.”

Merasa kesindir, Bos pun tidak bertanya lebih lanjut dan berlalu meninggalkanku.

0 comments:

Posting Komentar