Facebook dibangun oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Universitas Harvard yang mengambil kuliah bidang ilmu komputer dan psikologi. Dari kuliah yang diambil Mark, dapat diketahui, bahwa Mark secara praktikal, menggabungkan ilmu komputernya dengan ilmu psikologi. Mark membuat / membangun situs jejaring sosial tidak hanya berkutat dengan mengulik teknologi web yang canggih (teknologi Web 2.0 Ready, Java, AJAX, Facebook Apps Framework dan sebagainya), namun juga memperhatikan “sisi manusianya”, sisi psikologisnya juga, atau istilah ilmiahnya, sisi brainware-nya.
Mark membangun facebook tersebut, berawal dari hobi dia mengembangkan aplikasi berbasis teknologi web dan jejaring sosial. Sebelumnya, Mark telah membuat proyek seperti coursematch (bertujuan agar mahasiswa Harvard mengetahui tentang hal yang terkait dengan kegiatan akademiknya) dan facemash (bertujuan agar pemuda-pemudi bisa mengukur nilai dari “tingkat ketertarikan” antar mereka, yang ujung-ujungnya soal “dating”).
Lalu datang ide tentang jejaring sosial facebook ini, dimana terdapat situs jejaring sosial yang dibuat berdasarkan suatu kelompok / lingkungan / komunitas tertentu, dan akhirnya Mark memutuskan membuatnya berdasarkan dari lingkungan kampusnya Harvard. Kata “facebook” sendiri berasal dari “dokumen” yang digunakan oleh mahasiswa-mahasiswa baru Harvard untuk tugas “ospek” ketika baru menginjak pertama kali di universitas tersebut. Facebook digunakan untuk membuat profil mereka, serta mereka harus membuat / mengumpulkan profil orang lain, dan kemudian “dokumen” tersebut harus selalu di-update, ketika bertemu dengan mahasiswa baru lainnya, ataupun senior mereka. Dari ide tersebut, Mark pun mengembangkan facebook dengan dibantu oleh rekan-rekannya, Eduardo Saverin, selaku penyandang dana, serta Dustin Moskovitz dan Chris Hughes, selaku pengembang teknologi dan promosinya, dan akhirnya facebook diluncurkan pada Februari 2004. Dan dalam tempo tidak lama, facebook tidak hanya berkutat di Harvard saja, namun berkembang ke universitas lain pada Maret 2004, seperti Yale, Columbia, Stanford, dan sebagainya. Lalu pada September 2005, Mark meluncurkan facebook untuk lingkungan sekolah, komunitas, kelompok, perusahaan, dan pada September 2006, telah dibuka untuk umum, hingga merambah dunia dan mulai dikenal di Indonesia.
Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 645 % pada 2008, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di facebook, mengalahkan Malaysia, India, Thailand, Singapore, dan bahkan China. Namun yang lebih hebatnya adalah, 831 ribu orang Indonesia yang ada di facebook ini ternyata masih hanya mewakili 0.4 % dari jumlah total penduduk Indonesia. Artinya, facebook masih memiliki peluang yang sangat besar untuk terus tumbuh berkembang di Indonesia.
Sebenarnya facebook tidak jauh berbeda dengan friendster, namun facebook membentuk / membuat jejaring sosialnya berdasarkan batasan suatu kelompok / lingkungan / komunitas tersebut, sehingga mengambil konsep pengembangan komunitas dalam pengembangan facebook itu sendiri. Dan adanya fitur-fitur facebook yang menarik, hal itu membuat perbedaan cukup signifikan dengan situs jejaring sosial lainnya. Yang membedakan dengan situs jejaring sosial lainnya, yaitu adanya aplikasi khusus yang dapat dikembangkan pihak ketiga diluar pengembang inti facebook. Aplikasi tersebut dapat disisipkan ke dalam facebook, sehingga penggunanya dapat “menikmati hasil kreativitas” tersebut, berupa permainan “lucu” seperti balapan mobil, saling memberikan kue / makanan, bermain liga sepakbola virtual, memberikan hadiah /e-card ke teman, atau saling bertarung antar mahluk gaib (vampire, werewolf, slayer), dan ribuan permainan lainnya.
Selanjutnya facebook berkembang pesat sebagai situs untuk hiburan dan pekerjaan. Facebook juga memiliki layanan fitur privasi. Dengan layanan tersebut, para pengguna facebook dapat mengontrol terhadap siapa saja yang diperbolehkan mengakses data profil mereka. Facebook telah mengembangkan berbagai ragam aplikasi yang dapat diinstall para pengguna. Aplikasi-aplikasi inilah yang memberikan nilai tambah bagi facebook. Aplikasi yang dikembangkan banyak yang mendukung bisnis dan pekerjaan seperti menjual atau membeli barang, ala e-Bay dengan orang-orang yang ada dalam jaringan yang dimiliki para pengguna.
Facebook memfasilitasi komunikasi dan interaksi secara virtual tanpa batas ruang dan waktu. Teman-teman yang tak tahu di mana rimbanya, ternyata bisa bertemu kembali melalui facebook. Tidak hanya teman sejawat, bahkan kita bisa juga berkawan dengan sosok yang terasa jauh di alam nyata, seperti artis, politisi, dan sejumlah orang beken lainnya. Tak heran, makin lama makin banyak pula orang yang mendaftar sebagai -meminjam istilah Goenawan Mohammad- Jemaah Al-Fisbuqiyyah, terutama mereka yang berasal dari kalangan muda.
Mengapa facebook melejit? Enda Nasution, praktisi komunikasi digital yang juga dikenal sebagai penggiat blogger, menilai keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang variatif dan cenderung mudah dipelajari. Apakah facebook akan bertahan atau kembali ditinggalkan layaknya friendster, Enda belum bisa diprediksi. Yang jelas, facebook muncul dengan segala sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, lewat berbagai aplikasi yang seru dalam era Web 2.0. Keberadaan fitur chat, notes, atau sistem tag, merupakan sebuah inovasi tersendiri. Bahkan kini, facebook menjadi hosting foto terbesar, mengalahkan situs foto seperti flickr atau picasso.
Lebih dari sekadar mencari teman dan memasukkannya dalam friendlist, situs semacam ini bisa menawarkan lebih dari itu. Sharing untuk media seperti audio, video, foto, dan notes, merupakan salah satu wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat meng-upload apa saja. Dengan segala risiko yang ada tentunya. Dalam facebook, kita bisa mengatur untuk foto dan profil dalam privacy setting. Sebelumnya, juga ada term of use kalau foto yang sudah di-posting di facebook maka akan menjadi milik facebook, tapi karena diprotes keras, sehingga sekarang sudah tidak lagi.
Tidak hanya menggunakan, sebagian orang bahkan sudah dalam tahap keranjingan facebook. Tak sedikit orang-orang yang sejak bangun tidur, langsung membuka facebook. Ketika tiba di kampus atau kantor, lalu membuka lagi facebook-nya hingga waktu pulang tiba dan kembali diteruskan di rumah. Sesekali, aktivitas itu masih diselingi pula dengan mengecek lewat smartphone yang kini marak, sekadar untuk melirik pesan dan komentar baru yang masuk, dan begitu seterusnya setiap hari.
Pola komunikasi internet ini, pada tahap tertentu bisa menimbulkan adiksi yang mungkin berpengaruh terhadap kehidupan nyata. Menurut Jerald J. Block, M.D, dalam sebuah editorial yang diterbitkan American Journal of Psychiatry (2008), ada beberapa ciri-ciri orang yang teradiksi terhadap internet, yaitu, penggunaan yang berlebihan, kegelisahan ketika tidak mengakses internet dalam interval waktu tertentu, peningkatan toleransi terhadap adiksi internet itu sendiri, dan dampak negatif (termasuk isolasi sosial).
Tak heran, dalam dunia pekerjaan isu ini mendapat perhatian khusus. Beberapa perusahaan menutup akses situs jejaring sosial di area perkantorannya. Kabarnya, pemblokiran facebook dilakukan karena banyak pegawai ketika jam kerja membuka facebook dan membuat kinerja mereka menurun.
Dalam kerangka dunia pendidikan, keberadaan facebook pun cukup mendapat sorotan. Salah satu survey yang dilakukan oleh Ohio University, menyebutkan bahwa mahasiswa yang kerap menggunakan facebook ternyata menjadi malas dan bodoh. Menurut studi yang mengambil sampel 219 mahasiswa Ohio State University tersebut, semakin sering mahasiswa menggunakan facebook, semakin sedikit waktu mahasiswa belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran mahasiswa.
Menurut Dosen Fikom Unpad, Dede Mulkan, berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam facebook memang bisa saja membuat mahasiswa betah menguliknya berjam-jam atau bahkan seharian. Sadar tak sadar, mahasiswa tersebut kemudian lupa waktu belajar, padahal mungkin besoknya ada ujian. Tapi menurut Dede, kebodohan itu bukan karena facebook, melainkan mahasiswanya yang tidak berkomitmen belajar. Situs jejaring sosial semacam facebook sesungguhnya sangat bermanfaat untuk menjalin komunikasi secara lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya. Dengan facebook, menjalin komunikasi dengan para mahasiswanya melalui fitur chatting di dalamnya, baik sekadar saling bertanya kabar hingga bimbingan skripsi. Ia bahkan mewajibkan setiap mahasiswanya untuk memiliki alamat e-mail untuk bisa berkomunikasi lewat e-mail, messenger, maupun situs jejaring sosial.
Interaksi dunia pendidikan pun mengalami pergeseran. Dulu boleh jadi dosen dan mahasiswa hanya bertemu di dalam kelas atau di kampus. Kini, para mahasiswa mengajak dosen-dosennya berteman di facebook. Ada semacam dekonstruksi hubungan mahasiswa dan dosen, yang membuat nuansa lebih egaliter di sana. Mahasiswa suka bertanya ulang tentang tugas. Kalau bertanya secara langsung kadang suka canggung, kalau lewat situs semacam ini, mahasiswa lebih berani dan bisa berkomunikasi tanpa batas dengan dosen.
Selain sebagai hiburan pelepas stres, banyak kalangan pendidikan merasakan keefektifan facebook dalam penyiaran informasi. Untuk hal itu, biasanya mereka memakai fasilitas notes atau rutin meng-update statusnya tentang info perkuliahan. Beberapa waktu lalu, ia mengisahkan, ada ratusan mahasiswa Fikom Unpad Bandung yang sudah kurang jelas di mana keberadaannya, namun mereka dituntut segera lulus kuliah. Dengan disampaikan informasinya di facebook, ternyata luar biasa cepat menyebar.
Menilik manfaatnya, banyak kalangan terang-terangan tidak sepakat jika kehadiran facebook "dilarang" oleh sekelompok pihak atas nama fatwa, seperti kabar yang ramai didengar belakangan ini. Pada titik ini, ungkapan klasik "the man behind the gun" atau kembali kepada pelakunya, mungkin akan lebih tepat.
Keberadaan teknologi komunikasi dan informasi tidak dapat dicegah, karena cepat atau lambat ia datang dengan sendirinya memasuki ruang-ruang kehidupan. Mau tak mau kita pun akan "nyemplung" juga, sebab kini internet boleh jadi sudah menjadi kebutuhan pokok masa kini. Ia pribadi prihatin jika situs jejaring sosial mengundang ekses negatif, misalnya, meruntuhkan komunikasi di dunia nyata karena tergantikan secara virtual. Idealnya, kita yang harus pandai me-manage supaya teknologi justru mempermudah kehidupan kita.
Jika jejaring sosial seperti facebook tidak digunakan dengan bijak, hubungan kekerabatan antar manusia bakal kehilangan keintimannya. Tidak dipungkiri, kegunaan facebook salah satunya adalah sebagai sarana silaturahmi. Lebih dari itu, facebook pun lengkap memberitahu kita mengenai kabar, status hubungan, info rumah, telepon, dan foto terbaru orang di sekeliling kita. Namun yang berbahaya, adalah jika silaturahmi dianggap selesai hanya via facebook, tanpa tindak lanjut.
Menurut Alfathri Adlin, anggota Forum Studi Kebudayaan (FSK) ITB, interaksi dalam situs jejaring sosial itu kerap bersifat hiperealitas, yaitu semu menciptakan kondisi fakta bersimpang siur dengan rekayasa. Memang kecemasan yang sering mengemuka, orang akan lebih menyukai bentuk virtual daripada fisik. Komunikasi lebih banyak secara tidak langsung, daripada langsung. Kita akan lebih tahu orang di ujung dunia, daripada tetangga sendiri. Alfathri berpendapat, kadang facebook sangat bermanfaat untuk melepaskan ketegangan, tertawa terbahak-bahak dan bercanda dengan teman lewat berbalas komentar, karena kita tidak akan tahan selalu bersikap serius. Mahasiswa yang menyebut facebook itu pelarian dari stres, sebenarnya harus ditelaah lebih jauh lagi penyebab mahasiswa itu stres.
Alfathri menyoroti tentang mahasiswa yang kerap begadang main game sampai pagi, atau menghabiskan waktu seharian dengan ber-facebook. Menurutnya, itu sebenarnya tanda-tanda bahwa anak muda kurang mendapat asupan "makanan bergizi" buah dari sistem pendidikan yang "gombal". Hal Itu dikarenakan pendidikan tidak menginspirasi, dosen kurang bagus dan kreatif. Kalau dosennya menyenangkan, mungkin bisa menginspirasi mahasiswanya lebih rajin membaca buku. Namun demikian, menurut Alfathri, orang tetap tidak akan menggantikan secara keseluruhan pergaulan secara fisik. Manusia nggak akan tahan hanya dengan virtual. Biasanya yang keranjingan, karena baru mengenal internet atau situs jaringan sosial itu. Tapi nanti akan ada satu titik jenuh juga dan kembali biasa.
Dituturkan Alfathri, kehadiran situs-situs jejaring sosial seharusnya bisa dimaknai untuk memacu kemajuan, dan bukannya tergelincir hanya menjadi simbol status. Sebab, gejala yang ada kini, orang seperti "berdosa" atau dicap "tidak gaul" kalau tidak punya facebook. Jangan hanya “aksesoris sosial” agar dianggap “gaul”, kalau bisa dimanfaatkan untuk yang lain, misalnya, promosi program kegiatan, bisnis, atau apapun, itu baru berguna.
Banyak manfaat-manfat yang sebenarnya dapat diambil dengan adanya situs jejaring sosial semacam facebook. Sebagai contohnya, beberapa manfaat positif yang dapat kita ambil dari facebook antara lain sebagai alat promosi / pemasaran / marketing, menjalin hubungan dengan teman-teman lama serta teman-teman baru dari “dunia maya”, menggunakan informasi data sebagai sumber informasi / penelitian (research) bagi perusahaan sebagai riset dan survey.
Namun tak dapat dihindari bahwa booming akan facebook ini memiliki beberapa dampak negatif pula. Menghabiskan waktu dengan mengakses situs jejaring sosial seperti facebook memang sungguh mengasyikan. Tapi baru-baru ini, ahli psikologi Inggris, Dr Aric Sigman mulai mengingatkan tentang dampak biologis dari situs jejaring sosial tersebut. Facebook juga mengakibatkan intensitas pertemuan langsung seseorang menjadi berkurang. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di jurnal Institute of Biology, Sigman mengungkapkan, kurangnya intensitas bertatap muka secara langsung dalam komunikasi berdampak pada sisi biologis seseorang. Sigman menambahkan, kurangnya pertemuan secara langsung dapat mengubah kerja gen, mengganggu respons kekebalan, level hormon, fungsi arteri dan mempengaruhi keadaan mental. Hal itulah yang menurutnya, dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serius seperti kanker, stroke sampai serangan jantung. Situs jejaring sosial semacam facebook ini juga disinyalir memberikan kontribusi penting dalam membuat seseorang menjadi terisolasi.
Ketika masuk ke dunia maya, maka kita telah menjadi bagian dari masyarakat maya (cybercommunity). Para facebooker merupakan bagian dari masyarakat maya. Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya ada yang bersifat sementara dan ada dalam waktu yang relatif lama dan menetap. Sifat dan interaksi sosial mereka ditentukan oleh kepentingan mereka dalam dunia maya. Interaksi sosial sementara , terjadi pada anggota masyarakat yang sepintas lalu ingin “jalan-jalan” dan hanya bermain didunia maya melalui browsing dan chatting, atau search misalnya untuk keperluan pencarian data tugas, data umum dan sebagainya. Interaksi sosial dan kehidupan kelompok yang berlangsung cukup lama antara sesama anggota masyarakat maya lainnya. Pengguna internet yang ini disebut netter yang setiap saat berada dalam dunia maya. Mereka bergaul, menyapa, bercinta, berbisnis, belajar dan bahkan berbuat kriminal dalam mayarakat maya, namun mereka tidak menetap di sana karena tidak memiliki rumah sebagai alamat mereka.
Saat dua orang berinteraksi, mereka melakukan sejumlah pertukaran dan terus melakukannya sampai biaya dari hubungan itu sendiri lebih besar dari manfaat yang didapat. Ambil contoh dari berpacaran. Pada setiap date, perbincangan, atau pertukaran lainnya, setiap orang terus melakukan kalkulasi apakah dia akan mendapatkan manfaat dari hubungan dengan biaya resiko serendah mungkin.
Kita sadari atau tidak, sejumlah pertukaran terjadi setiap kali kita berinteraksi lewat web. Dengan maraknya web jaringan sosial (friendster, hi5, tagged, facebook, dan lainnya); alat-alat kolaborasi; real-estate, biro jodoh, dan website pencari kerja, desain interaksi menjadi semakin kompleks dan semakin mengeratkan manusia.
Internet telah mengubah teori pertukaran sosial didukung oleh teknologi. Web 2.0 dan banyaknya aplikasi internet menyediakan sarana bagi para pengguna untuk melakukan interaksi sosial lewat web. Koneksi tak terputus, komunikasi langsung, dan sejumlah metode distribusi komputer yang dikombinasikan dengan hardware yang lebih cepat dan canggih telah meningkatkan pertukaran sosial pada internet.
Pertukaran antara dua pihak dalam sebuah hubungan berarti interaksi antara dua orang, teori pertukaran sosial juga memperhitungkan tambahan nilai perseorangan lewat aplikasi web. Secara lebih sederhanana, dalam hubungan antara manusia saat aplikasi web memiliki resiko yang lebih besar dari nilai yang didapat, maka si pengguna dapat meninggalkan hubungan itu. Dengan melihat pada sejumlah aplikasi web yang baru, kita dapat melihat bagaimana teori pertukaran sosial telah mengubah internet. Coba lihat facebook, sebuah media jaringan sosial. Menakjubkan sekali bagaimana pertukaran yang bisa didapatkan disana.
Aplikasi berbasis web akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, site yang mendukung teori pertukaran sosial akan bergeser dari bentuk internet yang statis menjadi interaktif dan dinamis, menawarkan nilai untuk para penggunanya.
Dalam sebuah hubungan apakah itu pertemanan dan persahabatan, kita meyakini jika dibalik itu ada faktor yang mendasari kedekatan dan hubungan tersebut. Menurut Robert S. Filedman, dalam bukunya yang berjudul “Sosial Psychology: Theories, Research and Application” setidaknya ada 5 faktor yang mendasari kedekatan antar dua orang yang membentuk sebuah hubungan, yakni sebagai berikut:
• Kesamaan
Kesamaan yang dimiliki merupakan faktor dasar yang membuat seseorang berinteraksi dengan calon temannya. Misalnya ada dua orang bertemu di suatu tempat, ketika memulai percakapan, ternyata diketahui dua orang tersebut memiliki asal yang sama, hobi yang sama dan kesukaan yang sama. Dan ini merupakan faktor fundamental yang memungkinkan mereka menggali kesamaan lainnya dan mulai berteman.
• Rasa Suka yang Timbal Balik
Maksudnya disini ialah, jika kita menyukai teman kita setidaknya teman kita itu membalas rasa suka kita. Dengan begini akan mengukuhkan sebuah pertemanan atau hubungan. Atau misalnya kita memberi atau berpartisipasi ketika teman kita kesusahan, dan teman kita itu pun membalas pemberian kita dengan mengucapkan terima kasih atau berganti memberi ketika kita berada dalam posisi kesulitan.
• Kualitas Positif
Kualitas positif ialah karakter positif yang dimiliki seseorang yang menjadi teman kita. Sebelum menjadi teman, biasanya kita akan melihat dulu siapa orang yang akan menjadi teman kita itu. seperti apa karakternya? Baik atau burukkah? Pintar atau bodohkah? Jika ia memiliki kelebihan, apa kelebihannya? Jika ia memiliki keburukkan, kira-kira apa? Biasanya seseorang cenderung memilih teman yang memiliki kualitas positif. Meski memang tidak harus sempurna kualitas positif yang dimiliki calon teman kita itu. sebab manusia memang tidak ada yang sempurna. Lagipula, jika terlalu sempurna kemungkinan besar tidak ada yang ingin berteman dengan orang yang terlalu sempurna. Sedikit kualitas negatif atau beberapa karakteristik yang kurang bagus bisa dimaklumi calon teman. Sebab adanya seorang teman ialah untuk saling melengkapi kekurangan bukan saling menyaingi kelebihan.
• Fisik yang Menarik dan Rasa Suka
Tidak dipungkiri, seperti kualitas positif tadi, jika seseorang memiliki fisik yang cukup menarik akan menjadikannya disukai banyak orang dan kemungkinan banyak yang ingin menjadi teman dan sahabatnya. Dan inilah salah satu faktor yang mendasari awal sebuah hubungan. Meskipun terkadang memang fisik menarik ini tidak terlalu menjadi jaminan pertemanan yang baik. Itulah kenapa hal ini ditempatkan menjadi faktor keempat. Sebab faktor yang paling mendasar dalam sebuah hubungan memang kesamaan yang dimiliki dua orang yang menjalin hubungan pertemanan.
• Penampilan Fisik dan Sikap Sosial
Faktor kelima ini pun hampir sama dengan faktor keempat. Lagi-lagi pandangan pertama memang modal kuat untuk menentukan rasa suka kepada calon teman. Penampilan seseorang yang menarik bisa jadi membuat kita suka pada pandangan pertama. Namun jika hal ini diikuti dengan sikap social (interaksi sosial) yang baik akan semakin menarik. Sebab jika ada seseorang yang cantik atau tampan dan memiliki penampilan menarik, namun ia adalah seorang yang tertutup dan asosial atau mungkin memiliki sikap yang kurang baik di masyarakat misalnya, tidak akan ada orang yang ingin menjadi temannya. Jikalau ada mungkin sedikit.
Menurut analisa penulis, ada beberapa hal yang menyebabkan ratusan juta orang tertarik untuk bergabung di facebook. Pertama, facebook membuka kotak pandora kenangan masa lalu para facebooker. Betapa tidak, melalui facebook, kita bisa bertemu kembali dengan kawan-kawan lama. Baik teman sekampung, saudara/keluarga yang nun jauh di sana ataupun teman-teman seangkatan di bangku SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi. Seolah kita sedang memutar jarum jam. Mengenang kembali memori-memori yang telah lalu, baik yang indah, lucu maupun menjengkelkan. Kita dapat mengenang kembali saat-saat bermain, kenangan lama bersama pacar cinta monyet di SMP, atau teman seperjuangan waktu masih terlibat di gerakan mahasiswa.
Ada yang bilang bahwa biasanya orang-orang yang senang membincang atau mengenang masa lalu adalah orang-orang yang tidak bahagia di masa sekarang ataupun tidak optimis menatap hari esok. Pernyataan ini mungkin ada benarnya, tapi bisa juga berarti orang yang senang membincang masa lalu sebagai tanda kesyukuran atas kehidupan yang sekarang. Mereka menganggap rangkaian mozaik-mozaik masa lalu itulah yang telah menyempurnakan keindahan mozaik hidupnya hari ini. Sekaligus merangkai masa lalu sebagai cermin untuk merangkai hari esok.
Kedua, facebook juga telah menjadi instrumen alternatif untuk merekatkan hubungan silaturahmi antar keluarga / sahabat yang mungkin kendor akibat padatnya aktivitas keseharian. Apalagi saat ini hampir semua perkantoran, baik lembaga pemerintah maupun swasta, memiliki akses internet. Seorang pegawai / karyawan bisa berkomunikasi dengan keluarga / sahabat di tempat lain sembari menyelesaikan pekerjaan kantornya. Facebook adalah jawaban atas individuasi masyarakat modern. Facebook seolah menjadi antitesis bahwa manusia modern juga tak dapat lepas dari takdirnya sebagai zoon politicon.
Ketiga, facebook juga bisa menjadi wadah untuk mencari teman baru, yang memiliki hobi ataupun pandangan hidup yang sama. Dalam form data diri yang disediakan oleh facebook, ada pertanyaan alasan bergabung. Disitu disediakan beberapa alternatif jawaban. Misalnya, alasan friendship (mencari teman), relationship (pacar), network (jaringan). Seolah facebook ingin menegaskan dan membenarkan teori David McClelland (1961) bahwa motivasi manusia didorong oleh 3 kebutuhan utama, yakni need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) , need for power (kebutuhan akan kekuasaan) dan need for affiliation (kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain). Facebook setidaknya merupakan jawaban atas need for affiliation. Disamping itu facebook juga menjadi instrumen pendukung bagi need for power (setidaknya digunakan sebagai alat kampanye gratis bagi para politisi). Dalam hubungannya dengan need for achievement, melalui jaringan facebook terjadai pertukaran informasi seputar literatur ataupun informasi beasiswa. Hal yang menarik terkait dengan relasi antara facebook dan need for power dapat dilihat dari fenomena kemenangan Barrack Obama, yang menurut sejumlah pengamat disebabkan oleh kemampuan beliau untuk memaksimalkan teknologi informasi termasuk memberdayakan para facebooker.
Fenomena terakhir adalah pemblokiran jaringan facebook jelang pilpres Iran. Menurut sumber kompas.com, alasan pemblokiran adalah karena para pendukung Hussein Mousavi (Capres dari kubu reformis) menggunakan situs jaringan sosial itu dengan lebih baik untuk menyebarluaskankan posisi Mousavi. Beliau memiliki 5.000 lebih pendukung yang bergabung dengan halaman facebook-nya, yang antara lain berisi kritik atas pemerintahan saat ini yang dianggap tidak menghargai warga Iran di seluruh dunia. Terlepas dari kontroversi dan alasan pemblokiran, setidaknya warga dunia semakin meyadari bahwa facebook adalah ruang sosialisasi politik yang cukup efektif.
Keempat, saya menukil teori piramida kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow. Maslow memperkenalkan lima jenis kebutuhan manusia secara berjenjang. Di tingkat yang paling dasar, ada physiological needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Kebutuhan di level selanjutnya adalah safety and security needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman. Pada level ketiga, ada affiliation or acceptance needs adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok.
Level selanjutnya adalah esteem or status or egoistic needs (kebutuhan akan penghargaan diri), kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan dari orang lain. Di puncak piramida (level kelima), ada kebutuhan self actuallization, adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi yang luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Dari kelima jenis kebutuhan ini, tiga jenis kebutuhan teratas, yakni affiliation or acceptance needs (kebutuhan sosial/cinta), esteem or status or egoistic needs (kebutuhan akan penghargaan diri) dan self actuallization (aktualisasi diri) dapat diperoleh dengan menjadi warga facebook. Facebooker bisa menemukan rasa kasih sayang dan perhatian dari sesama facebooker. Facebook juga menyediakan beragam fasilitas untuk mengungkapkan perhatian dan rasa kasih sayang. Baik berupa ucapan dinding, ucapan selamat ulang tahun ataupun simbol-simbol ungkapan kasih sayang. Kebutuhan akan penghargaan juga bisa ditemukan lewat apresiasi atas buah pikiran yang kita lontarkan melalui Facebook.
Fenomena jejaring sosial seperti facebook ini sudah sangat meluas. Banyak dampak yang terjadi baik itu positif maupun negatif. Ini merupakan sesuatu yang wajar akibat adanya kemajuan teknologi. Seperti penelitian terbaru yang dirilis oleh Ohio State University menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan facebook menghabiskan lebih sedikit waktu untuk belajar dan mendapatkan nilai yang lebih kecil dibanding mahasiswa yang tidak menggunakan situs jejaring sosial populer tersebut. Meski begitu, pengguna facebook tersebut tidak mengakui masalah itu. Menurut laporan yang dirilis, 79% mahasiswa menyebutkan penggunaan situs jejaring sosial tersebut tidak pelajaran mereka.
Aryn Karpinski, salah satu penulis riset tersebut yang juga merupakan mahasiswa doktoral dari Ohio State University seperti VIVAnews kutip dari Computerworld, 14 April 2009 pernah menyebutkan bahwa dia tidak bisa menyebutkan bahwa facebook memiliki efek samping menurunnya nilai dan berkurangnya waktu belajar, tetapi dia menemukan adanya hubungan tersebut. Sebaliknya, klaim mahasiswa yang menyatakan bahwa penggunaan facebook tidak mempengaruhi pelajaran mereka terbukti tidak benar. Dari data penelitian menunjukkan bahwa mereka mendapatkan nilai yang lebih buruk dan waktu belajarnya berkurang karena facebook.
Dari laporan juga tercatat bahwa mereka yang menghabiskan waktunya di facebook merupakan calon system administrator dan chief information officer. Pasalnya, mahasiswa yang paling banyak menggunakan situs jejaring sosial tersebut adalah mahasiswa sains, teknologi, teknik, matematika, dan bisnis. Persentasenya lebih besar dibandingkan mereka yang mempelajari ilmu sosial dan humaniora. Survey dilakukan terhadap 219 mahasiswa Ohio State dan hanya menanyakan facebook, tidak fokus ke situs jejaring sosial lain seperti myspace atau twitter.
Penelitian yang dilakukan Ohio State University menemukan bahwa 85% mahasiswa tingkat sarjana menggunakan facebook, sementara 52% mahasiswa pascasarjana memiliki akun facebook. Terungkap juga bahwa pengguna facebook, yang biasa belajar antara 1 sampai 5 jam per minggu memiliki nilai rata-rata antara 3 sampai 3,5. Tetapi mahasiswa yang tidak menggunakan facebook, yang belajar 11 sampai 15 jam per minggu memiliki nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Karpinski menunjukkan bahwa penelitian tersebut tidak berarti menggunakan facebook otomatis menurunkan nilai sekolah.
Banyak faktor lain yang mempengaruhi, seperti kepribadian individu yang menghubungkan penggunaan facebook dan nilai yang rendah. Jika tidak karena facebook, beberapa mahasiswa akan menemukan cara lain untuk menghindari belajar dan akhirnya mendapatkan nilai kecil. Tetapi ada kemungkinan juga turunnya nilai bisa disebabkan mahasiswa menghabiskan terlalu banyak waktu bersosialisasi secara online.
Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University ini cenderung berdampak negatif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan di Melbourne, Australia, bahwa facebook mendongkrak produktivitas karyawan. Bermain facebook di kantor ternyata dapat membuat Anda menjadi karyawan yang lebih produktif. Itulah hasil penelitian yang dilakukan di Australia, yang menyebutkan bermain facebook, twitter, multiply, atau jejaring sosial apa saja di internet saat jam kerja akan meningkatkan produktivitas.
Berita yang cukup mengejutkan ini dilansir Reuters dari hasil penelitian yang dilakukan University of Melbourne. Penelitian itu menunjukkan, karyawan yang menggunakan computer kantor untuk urusan pribadi, ternyata lebih produktif dibanding karyawan yang tidak melakukan hal itu. Brent Coker, salah satu peneliti dalam studi tersebut mengatakan, browsing internet untuk kesenangan pribadi saat bekerja mempertajam daya konsentrasi karyawan. Menurut peneliti dari Department of Management and Maketing University of Melbourne itu, otak manusia membutuhkan waktu rileks sejenak sebelum ia kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya. Setelah sempat beristirahat sebentar, otak menunjukkan performa yang lebih baik dibanding jika terus-terusan dipakai dan tidak pernah istirahat sama sekali. Penelitian ini melibatkan 300 karyawan sebagai responden, di mana 70 persen di antaranya sering curi-curi waktu bermain dengan komputer kantor. Hal yang mereka lakukan biasanya adalah berbelanja secara online, membaca berita di situs berita, menunjungi situs jejaring sosial seperti facebook, bermain online game, dan menonton video di YouTube.
Perusahaan sudah membuang jutaan dollar untuk peranti lunak yang dapat memblokir akses karyawan untuk menonton video, menggunakan situs jejaring sosial atau berbelanja online dengan anggapan bahwa hal tersebut akan membebani biaya produktivitas bernilai jutaan dollar. Namun adanya hasil penelitian ini bukan berarti karyawan langsung bebas merdeka berinternetan di kantor, karena hasil positif yang diungkapkan dalam penelitian ini hanya berlaku di karyawan yang bertangung jawab. Artinya, karyawan yang produktivitasnya tinggi tersebut memang hanya menggunakan 20 persen dari waktu kerjanya untuk berinternet ria. Sementara karyawan yang menggunakan lebih dari 20 persen jam kerjanya untuk senang-senang, tetap menunjukkan angka produktivitas yang rendah.
Sebagaimana sebuah media teknologi pasti facebook memiliki kekuatan dari segi kecepatan, keluasan dan kedalaman yang membantu terjadinya proses interaksi. Namun, facebook memiliki keterbatasan dari aspek "human-touch." Selain itu dalam facebook dapat terjadi manipulasi terhadap interaksi sehingga akan menimbulkan bias dalam proses relasi seseorang. Bisa dapat pula terjadi dalam proses komunikasi dan hal ini akan memberikan dampak negatif dalam hubungan sosial seseorang.
Menurut penulis, beberapa tips agar proses interaksi dalam facebook dapat memiliki nilai positif dalam hubungan sosial yaitu menampilkan informasi yang jujur, bertindak proporsional dan memahami latar belakang setiap mitra interaksi, batasi untuk menampilkan hal-hal yang bersifat private dalam ruang terbuka, tidak mengintervensi relasi orang lain tanpa diminta oleh yang bersangkutan, tidak merespon secara negatif hal-hal yang dirasakan kurang berkenan. Kajian tentang facebook masih memerlukan sejumlah penelitian yang mendalam untuk dapat memposisikan facebook sebagai stimulator yang bermanfaat dalam mendorong hubungan sosial secara sehat.
Perkembangan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi kehidupan sosial manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial yang terjadi diantara mereka lama-kelamaan membutuhkan sebuah teknologi yang makin lama makin pesat perkembangannya. Cara berinteraksi antar sesama manusia melalui komunikasi mengalami peningkatan dalam bentuk maupun caranya. Mulai dari era surat-menyurat, kemudian berkembang dengan menggunakan fasilitas telepon selular atau handphone dengan fitur SMS-nya hingga era internet dimana komunikasi sekarang ini tidak ada batasan ruang dan waktu.
Perubahan sosial dalam cybercommunity, memiliki dampak-dampak budaya yang sangat luas dan tajam, karena selain sifat perubahannya yang mengglobal, perubahan sosial ini berlangsung dengan amat cepat, sehingga banyak mengakibatkan efek ganda terhadap perubahan perilaku pada masyarakat maya dan masyarakat nyata serta menyebabkan gesekan-gesekan sosial yang tajam di dalam kedua belahan masyarakat tersebut.
Fenomena kemunculan situs-situs jejaring sosial semacam facebook memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial antara sesama manusia dalam berkomunikasi. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari situs jejaring sosial semacam facebook , mulai dari bertemu teman lama, memperoleh teman baru, peluang promosi dalam bisnis hingga berkomunikasi secara online. Namun perlu dipertimbangkan pula dampak negatif yang didapat dikarenakan pemakaiannya yang berlebihan atau kurang bertanggung jawab. Bagaimanapun juga sebuah teknologi adalah fasilitas yang dapat digunakan bagi penggunanya, entah itu memberikan keuntungan atau kerugian tergantung bagaimana cara pemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Baran, Stanley J. & Davis, Dennis K. 2002, “Mass Communication Theory: Foundation Ferment and Future”, Belmont, California; Wadsworth.
blog.apung.web.id
Community, Ebizsoft, 2009 : “Facebook Business”, Jogjakarta, PT. Sakti.
Filedman, Robert S. , “Sosial Psychology: Theories, Research and Application”.
Gurevitch, Michael, Tony Bennett, James Curran & Janet Woollacott (ed.) 1982: “Budaya, Masyarakat dan Media”. London: Methuen.
George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2007: “Teori Sosiologi Modern”. Jakarta: Kencana.
Gunadhie, I Made, dan Lirva, 2009 : “The Magic of Facebook”, Denpasar, Retro Publishing.
Hendroyono, Tony, 2009 : “Facebook, Situs Social Networking Bernilai 15 Milliar Dollar”, Jogjakarta, PT. Bentang Pustaka.
Herman, E.S. dan McChesney, R.W., 1997: “The Global Media: The New Missionaries of Corporate Capitalism”, Casell.
Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1984. “Sociology”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://okezone.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Web_3.0
http://en.wikipedia.org/wiki/Semantic_Web
http://id.wikipedia.org/wiki/Web_3.0
http://www.javajazzup.com/issue3/page59.shtml
http://www.pcmag.com/article2/0,2704,2102857,00.asp
http://www.technologyreview.com/Infotech/18306/page1/?a=f
http://www.ristek.go.id
KJ Veeger. 1985. “Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu – Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi”. Jakarta: Gramedia. Hlm 224 – 226.
Kuntoro, Paulus dan Sigit, Cristianus, 2009 : “Mau Gaul? Mau Sukses? Pakai Facebook”, Jogjakarta, CV. Andi Offset
M. Francis Abraham. 1982. “Modern Sociological Theory (An Introduction)”. Oxford: Oxford University Press. Chapter 8. Simbolic Interacsionism.
Rivers, William, 2008 : “Media Massa dan Masyarakat Modern”, Jakarta, Kencana.
Ryadi Soeprapto,. 2000. “Interaksionisme Simbolik, Perspektiof Sosiologi Modern”. Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Ridwan, 2009 : “Creative Facebook for Business”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Schiller, Herbert I. 1976, “Communication and Cultural Domination”, New York, International Arts and Science Press.
Severin, Tankard, 2005 : “Teori Komunikasi”, Jakarta, Kencana
Sudibyo, Agus, 2004 : “Ekonomi Politik Media Penyiaran”, Yogyakarta, LKIS
Toejoeh, Suke dan Wahyudi Bharata, Jimmy, 2009 : “One Stop for All Facebook”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Web 3.0, “Sebuah Bukti Inovasi Tiada Henti”, dwinita BeritaNET.com, 16 Oktober, 2007
Yuhefizar, 2009 : “Berteman dan Berbisnis Lewat Facebook”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Zaenal, Ali, 2009 : “Add Me on Facebook”, Jakarta, Gagas Media.



1 comments:
saya banyak ketemu teman sma di fesbuk tapi ada seorang yang belum ketemu
Posting Komentar