Minggu, 20 November 2011

Hot Wheels : “Antara Koleksi, Fun, dan Investasi”







Berbagai merek dan jenis yang ada di pasaran membuat kosumen baik itu anak maupun orang tua nya memiliki banyak pilihan dalam menentukan mainan yang akan dibeli. Salah satu nya mobil-mobilan atau replika dari mobil yang sebenarnya, yang disebut diecast. Aku juga tidak terlalu ngerti dari mana awal mula penggunaan istilah diecast. Para kolektornya disebut die caster. Yang cukup populer adalah die cast metal yang terbuat dari logam/metal. Hot Wheels adalah salah satunya.

Siapa kini yang tidak kenal hot wheels. Mainan asal negeri paman Sam yang kini di produksi di Asia menjadi salah satu mainan yang bisa dibilang favorit dan brand nya yang sangat dikenal di Indonesia. Baik itu dari kalangan anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Tidak sedikit yang menjadi kolektor mainan ini, baik itu yang sekedar hobi, fanatik maupun tidak fanatik dengan brand hot wheels ini. Hot wheels merupakan mainan mobil-mobilan atau replika dari mobil yang pernah ada dan yang akan ada di tahun mendatang atau hanya sekedar concept car. Untuk replika mobil yang pernah ada biasanya desainnya menggunakan lisensi asli dari pabrikan aslinya. Mungkin ini yang membuat harganya semakin tinggi untuk mainan seukuran itu. Bahannya terbuat dari sejenis logam metal tertentu dan plastik. Skalanya ada yang 1:18 hingga 1:64. Yang paling mudah dijumpai adalah skala 1:64. Di Indonesia jumlah peredarannya cukup banyak karena dekat dengan tempat produksinya di Malaysia, Thailand, dan China. Sepertinya produsen cukup memahami keuntungan pemilihan wilayah produksi di negara-negara tersebut. Meskipun demikian, menurut kabar, hot wheels tidak mudah dijumpai di Malaysia, karena begitu diproduksi, akan langsung di kirim ke Amerika dan berbagai negara di belahan bumi ini.

Di Indonesia hot wheels dapat dibeli di berbagai toko mainan anak-anak. Bahkan diretail seperti Indomaret yang terdapat diberbagai pelosok daerah. Selain itu dapat ditemukan di beberapa swalayan ternama seperti carrefour, giant, hypermart, chandra, maupun toko-toko yang menjual mainan khusus kolektor yang kini banyak bermunculan. Biasanya dijual dengan harga antara Rp 18.000 – Rp 25.000 untuk yang model reguler. Tergantung tempat atau toko yang jual, tapi kebanyakan dibandrol dngan harga 19.900 atau 21.900. Ternyata di Indonesia kolektor hot wheels jumlahnya cukup banyak, dari yang koleksi reguler hingga koleksi yang limited edition yang harganya jutaan. Dari yang koleksinya berjumlah belasan hingga yang koleksinya ribuan.

Aku sendiri juga suka mengoleksi hot wheels. Meski koleksiku masih sedikit dan hanya seri-seri yang biasa kutemukan digantungan toko. Belum ada setahun hal ini kulakukan. Entah kenapa waktu ngoleksi hot wheels pikiran jadi lebih fresh, terutama saat hunting seri-seri tertentu. Yang bikin tidak tenang kalo ada hot wheels yang lagi dipengenin tapi pas tidak bawa duit,hahaha, pasti kepikiran terus. Untung saja akhir-akhir ini aku sudah mulai fokus untuk ngoleksi seri-seri tertentu aja, jadi tidask sembarangan seri hot wheels yang aku beli.

Banyak pengalaman baru yang ku alami semenjak koleksi hot wheels. Dari hunting hot wheels, jualan hot wheels secara online, bertemu dengan kolektor lain, lihat acara swap meet para kolektor, dan lain-lain. Yang jelas aku suka waktu hunting-nya, karena bisa sekalian refreshing dan jalan-jalan. Selama ini banyak macam-macam hot wheels yang kulihat dari koleksi para kolektor hot wheels di Indonesia, ya meski cuma lewat social networking di internet. Seri yang dikoleksi para kolektor ini macam-macam. Ada yang ngoleksi berdasarkan merek mobil, kayak ada yang mengoleksi khusus corvette, jeep, ferrari, nissan, cadillac, lamborghini, toyota, camaro, VW dan lain-lain. Aku juga pernah lihat, ada juga yang mengoleksi berdasarkan warna kayak yang koleksi hot wheels khusus warna hitam, warna ungu, warna hijau, kuning, dan ada pula warna biru, tergantung selera masing-masing. Ada pula yang ngoleksi berdasarkan jenis mobilnya, misal ngoleksi hot wheels yang bentuk pick up, mobil drag, SUV, low rider, supercar, exotic, police car, american muscle, model hatcback, off road dan lain-lain tanpa terlalu memperdulikan replika mobil dari merek pabrikan mana. Ada pula yang mengoleksi berdasarkan seri atau tema tertentu yang telah dibuat pabrikan hot wheels, misalnya HW performance, faster than ever, tack stars, HW first edition atau sekarang disebut new model atau juga premiere, HW Racing, dan lainnya.

Aku sendiri lebih suka mengoleksi seri-seri mobil hot pursuit atau underground modified yang dipakai di seri game need for speed, semacam ford mustang GT500, ford shelby GT500 super snake, nissan 370Z, camaro, mitsubishi evolution VIII, honda civic, honda 2000, dodge viper dan masih banyak lagi. Kadang-kadang seri mucle mania yang berupa seri mobil lama merk tertentu juga aku beli, semacam ’67 ford shelby atau ’65 camaro SS. Mobil-mobil futuristic yang desainnya menarik kadang membuatku tergoda untuk membelinya, semacam seri track stars dan HW thrill racer. Namun untuk seri ini beberapa aku buka segelnya untuk dimainkan bersama anak-anak dalam HW track set karena mereka merengek minta mainan hot wheels dengan resiko mobilnya pasti lecet-lecet. Tapi tidak apa-apa, selama anak-anak senang. Namanya juga orang tua. Kebahagiaan anak adalah segalanya.

Kebanyakan kolektor di Indonesia yang selama ini kulihat kayaknya mobil hot wheels pick up, VW, treasure hunt, old style (classic), off road style, supercar, & muscle car. Hot wheels yang beredar di Indonesia kebanyakan sebenarnya untuk anak-anak umur 3+, tapi sejauh ini aku perhatikan, kolektor di Indonesia kebanyakan adalah mereka yang umurnya bisa dibilang cukup dewasa. Termasuk aku tentunya, hehehe. Ada pula yang masih anak-anak, macam-macam pokoknya, dari yang siswa SMP hingga yang mereka level pekerjaan setingkat manager bahkan direktur, dan kolektor cewek juga ada. Dari berbagai latar belakang yang berbeda. Tapi tidak salah kan kalo 3+, berarti yang 3+20 tahun atau 3+48 tahun juga boleh membeli dan mengkoleksinya. Hehehe…

Tiap tahun hot wheels mengeluarkan ratusan seri/model dengan berbagai bentuk. Dan setiap tahun berbeda, ini yang menarik. Kalaupun ada seri yang sama, pasti ada perbedaan warna maupun desain “tattoo- nya, ataupun perbedaan jenis dan warna velg. Misal hot wheels yang diproduksi tahun 2010, tidak akan diproduksi lagi di tahun 2011, begitu seterusnya. Yang menjadi menarik adalah seri-seri hot wheels ini ada yang langka sehingga menjadi buruan para kolektor. Ada beberapa hot wheels yang langka karena disebabkan perbedaan penyebaran distribusi ke wilayah-wilayah khususnya Indonesia serta pendistribusiannya dilakukan secara bertahap. Sehingga menyebabkan seri tertentu langka di daerah A sedangkan di daerah B banyak bergelantungan di toko dan ada pula seri-seri tertentu yang baru keluar di penghujung tahun, dan ada pula yang diawal tahun keluar, begitu akhir tahun sudah sulit dijumpai. Hal ini paling sering terjadi untuk hot wheels yang reguler atau yang biasa kita jumpai di berbagai tempat.

Ada juga hot wheels yang modelnya favorit dan menarik sehingga semakin sulit ditemukan di toko mainan karena banyaknya permintaan. Ada pula yang memang jumlahnya hanya sedikit di setiap box hot wheels yang didistribusikan bahkan di setiap box belum tentu ada seri tersebut. Bagi kolektor yang sering hunting hot wheels diberbagai tempat pasti tahu mana yang mudah dijumpai dan mana yang jarang ditemui. Ada pula yang langka karena memang jumlahnya hanya diproduksi terbatas, seperti hot wheels seri hot wheels, hot wheels treasure hunts ban karet, HW vintage, HW wayne garage, HW seri factory sealed, apalagi ya … masih banyak lagi yang lain. Ada pula yang hot wheels yang langka karena umurnya, misalnya HW 2008, ditahun 2011 pasti akan semakin sulit ditemukan. Karena gak diproduksi lagi di thn 2011. Untuk HW reguler mengetahui langka tidaknya suatu item bisa dilihat jika kita sering hunting hot wheels di berbagai tempat kita kan melihat item-item yang memang jumlahnya banyak digantungan, jika hanya satu dan jarang ditemui ada kemungkinan hot wheels tersebut cukup langka. Atau untuk mudahnya kita bisa bertanya secara langsung atau mungkin melalui komunitas di daerah, komunitas online di FB, kaskus, blog, dan sebagainya, atau kepada kolektor yang sering hunting. Yang jelas makin tua umur hot wheels nya pasti akan semakin bernilai, apalagi jika seri-seri favorit, harganya bisa terus melambung. Istilahnya, makin tua makin jadi.

Hot wheels treasure hunts misalnya jumlah yang diproduksi memang tidak banyak apalagi yang ban karet. Hot wheels yang langka biasanya menjadi kebanggan sendiri bagi para kolektor. Apalagi jika barang langka tersebut dijual, bisa bernilai rupiah tinggi. Mengkoleksi hot wheels memang banyak keuntungan yang kita dapatkan. Kita bisa melatih kesabaran kita terutama saat hunting seri yang kita inginkan. Sebagai kebanggan tersendiri, apalagi di kalangan kolektor. Kita juga bisa mendapatkan teman-teman baru terutama sesama kolektor hot wheels. Mengkoleksi hot wheels juga bisa jadikan investasi di masa depan. Pintar-pintar saja menyimpan dan merawatnya. Makin tua serinya dan makin langka hot wheels-nya, nilainya akan semakin tinggi. Apa lagi di tangan para kolektor hot wheels. Dan hot wheels ini bisa diwariskan ke anak-anak kita kelak, karena kualitas bahan yang bagus sehingga cukup awet untuk disimpan dalam waktu yang lama.

Hanya sayangnya sekarang banyak orang yang tahu tentang koleksi hot wheels, sehingga terkadang ada permainan nakal, sehingga sedikit mengganggu kesenangan mengkoleksi dan hunting hot wheels, terutama dari para SPG atau SPB di mall atau swalayan yang menjual hot wheels. Biasanya bila ada seri hot wheels yang bagus dan langka, akan mereka simpan atau mereka beli sendiri dan dijual lagi dengan harga yang jauh lebih mahal. Kalau selisihnya sedikit sih tidak masalah, tapi kalau sampai berlipat lipat - lipat ya kebangeten lah. Tapi aku maklum, namanya juga cari duit. Paling sering kejadian untuk seri T hunt$, padahal harga aslinya sama seperti seri reguler tapi karena sifat langkanya itu harganya bisa melambung tinggi, misal untuk seri treasure hunt reguler bisa antara 40 - 60rb per pieces, sedangkan T hunt$ yang ban karet aku pernah lihat ada yang jual sampai 120rb. Untung saya tidak mengoleksi seri tersebut, kan bisa cepat tipis nih dompet ... hehehe. Kalau aku sih have fun saja, dapat t-hunt digantungan ya syukur, tidak dapat juga tidak masalah. Santai saja.

Asyiknya lagi ada katalog yang bisa kita jadikan panduan dalam mengkoleksi hot wheels dari tahun ke tahun. Ada website resminya dan semacam wikipedia-nya dari seri yang dibuat tahun 70-an hingga yang 2011, sehingga memudahkan para kolektor untuk memperoleh informasi dan lebih bersemangat untuk hunting. Hal ini menunjukkan bahwa produksi dan pemasaran hot wheels dilakukan dengan sangat serius. Jika kita ada kesulitan untuk mencari seri tertentu yang diinginkan, kita bisa membeli secara online, kenalan di toko-toko yang jual hot wheels, atau datang langsung ke lokasi pertemuan para kolektor hot wheels di berbagai daerah. Untuk online, biasanya hot wheels indonesia biasa mencari di FB, ebay, dan kaskus. Tapi buat yang punya dana tak terbatas, aku tidak bisa membayangkan dia bakal hunting dimana saja untuk mendapatkan hot wheels yang diincarnya ... hehehe.

Nilai investasinya yang bisa dibilang lumayan ini membuat banyak orang makin semangat untuk koleksi hot wheels. Kalau para kolektor ini lagi butuh uang, atau sudah bosan dengan koleksinya, mereka akan menjualnya kepada orang lain atau kolektor lain. Harganya bermacam-macam, tergantung kelangkaannya dan jenisnya tentu saja. Tapi kalu sudah suka sama jenis tertentu biasanya para kolektor ini tak ragu untuk merogoh koceknya dalam-dalam. Mereka pasti tentu saja memiliki hot wheels favorit masing-masing atau buruan masing-masing. Terkadang meskipun bukan hot wheels yang special edition ataupun t- hunt, harganya bisa cukup tinggi karena langka, seri lama, dan favorit. Ya kembali lagi ke yang jualnya sih. Ada pula yang melelang koleksi hot wheels -nya agar memperoleh harga tertentu yang ingin dicapai. Biasanya dilakukan langsung dalam acara pertemuan para kolektor, atau dilakukan di situs jejaring sosial dalam suatu hubungan pertemanan karena mengkoleksi hot wheels, misalnya di facebook. Kalo di twiitter sudah belum ya? Aku juga belum tahu. Yang jelas hot wheels selain untuk kesenangan, kebanggaan, dan investasi tentu, dan tentu saja bisa diwariskan ke anak-anak atau orang-orang sekitar kita. Sekian tunggu tulisanku tentang pengalaman mengoleksi hot wheels. Semoga terinspirasi. Maaf jika ada salah-salah kata atau informasi dan happy hunting!!!

Selasa, 26 April 2011

"MAAFKAN AKU “ - short fiction film script

“ MAAFKAN AKU “
-short fiction film script-
oleh Febri Fahmi
ide cerita ismailruzain

TITLES SEQUENCE
[fade out]
[black video]

EXT. TROTOAR. SIANG

Trotoar itu lumayan berdebu. Pada scene terlihat sepasang kaki yang melangkah sedikit tergesa-gesa. Kaki itu kekar, hitam dan bersandal jepit.

[Cut to] Pedagang kaset bajakan di trotoar sedang menawarkan barang dagangannya pada orang-orang lewat.

[Cut to] Seorang tukang cukur asyik mencukur rambut salah seorang customer-nya sambil bersiul.

[Cut to] Kaki yang sedang melangkah bergegas.

[Cut to] Angle kamera seakan mata dari orang yang sedang melangkah tadi, sehingga di layar terlihat trotoar di depan yang penuh dengan PKL berjajar. Orang itu terus berjalan sambil sesekali menengok ke kanan atau kiri ke arah para PKL yang menggelar dagangannya. Dan para PKL tetap asyik dengan dagangannya masing-masing.

[Cut to] Kaki yang sedang melangkah bergegas.

Tiba-tiba langkah kaki itu terhenti.

[Cut to]
INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG TELLER. SIANG

Terlihat pintu kaca itu terbuka dan sepasang kaki yang tadi melangkah masuk ruangan. Kaki itu berhenti sejenak. Lalu…

[Cut to] Kamera keamanan di sudut ruang menangkap semua aktifitas yang terjadi di dalam ruangan dalam black and white. Saat itu suasana pegadaian tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa nasabah saja yang sedang duduk menunggu giliran diproses permohonannya. Dua Nenek-nenek, seorang lelaki gemuk berkacamata setengah baya, dan seorang anak kecil yang sepertinya anak orang itu. Lelaki yang baru masuk itu terlihat masih berdiri di dekat pintu masuk. Di sebelahnya ada dua satpam berjaga.

Tak lama kemudian terdengar suara “Braaak!!” disertai mentalnya dua orang satpam rumah pegadaian sekaligus setelah mendapat tendangan telak di muka dan dadanya. Dua satpam ini terkapar di lantai. Masih dalam keadaan sempoyongan seorang satpam berusaha mengambil pistol yang terselip di pinggangnya.

Tapi belum sempat mengarahkan pistol ke muka penendang tadi, satpam itu telah kembali roboh terkena pukulan pembuat keributan itu. Pistol yang berada di genggamannya terlepas, dan si pembuat keributan segera mengambilnya.

Lalu orang itu segera berlari ke arah teller, meringkus tubuh salah seorang teller wanita, menariknya dan menjadikannya semacam tameng hidup, dan akhirnya menodongkan pistolnya ke kepala wanita itu.

PERAMPOK
“Jangan ada yang bergerak! Jika ada yang sok mau jadi pahlawan, wanita cantik ini akan mati!MATI!Kalian mengerti?!”

TELLER WANITA
(sambil menahan isak tangis dan menggigil ketakutan)
“…Ammmpuuun….!Ampuni saya…jangan bunuh saya….!Tolong…anak saya masih kecil-kecil…., Cuma saya satu-satunya yang mereka miliki, suami saya sudah mati…tolong jangan bunuh saya…please….”

Wanita itu memohon-mohon pada sang pembuat keributan agar ia diampuni dan tidak dibunuh.

PERAMPOK
(sambil tetap memegangi wanita itu, mengeluarkan kantong kertas dari sakunya)
“Oke! Sekarang cepat isi kantong ini dengan uang!CEPAT!Waktuku tak banyak!CEPAT!Jangan macam-macam ya!..”

TELLER WANITA
(sambil menggigil ketakutan, menangis,wanita itu segera menguras isi laci uangnya dan memasukkan isinya ke kantong kertas itu)
“Bbbbaaik….baik….”

Lelaki pembuat onar itu tak pernah sadar kalo dirinya tertangkap oleh kamera keamanan yang berada di sudut ruangan.

[Cut to] Petugas pengawas CCTV melaporkan kejadian itu ke polisi.

INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG CCTV. SIANG

Petugas pengawas CCTV itu sedang menikmati kacang kulit-nya ketika ia lalu sadar bahwa di ruang bawah sedang terjadi usaha perampokan.

Bungkus plastik kacangnya segera saja ia lemparkan ke meja ketika ia menengok dan melihat layar monitor. Dengan gugup ia segera meraih headsetnya yang ia biarkan tergeletak di mejanya begitu saja. Ia menghubungi kepolisian.

PETUGAS CCTV
(ekspresinya gugup,ia menekan-nekan tombol semacam pesawat radio komunikasi)
“Ayooo!….ayolah!…..cepaaat….”

Tiba-tiba terdengar dari headsetnya yang terhubung ke radio komunikasi itu seperti suara nada tersambung dengan frekuensi radio kepolisian.

PETUGAS CCTV
(gugup)
“Ee…Kepolisian?!…Lllapor pak!Sedang terjadi perampokan di kantor pegadaian kami di jalan Juanda!Ttttolong segera kirimkan anggota bapak!…”

PETUGAS POLISI
(suara dalam radio komunikasi)
“Berapa orang?”

PETUGAS CCTV
(suaranya masih terdengar gugup)
“Dia sendirian…”

PETUGAS POLISI
“Baik!Anggota kami akan segera meluncur kesana…”

Lalu terdengar nada komunikasi terputus.

[Cut to]
INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG TELLER. SIANG

Lelaki pembuat onar itu masih menodongkan pistolnya pada kepala teller wanita itu. Sesekali dia menodongkan pistol pada kerumunan nasabah yang juga ketakutan.

Wanita itu masih sibuk mengisi kantong kertas itu dengan ratusan lembar uang kertas. Dia masih ketakutan.

[Cut to] Kamera CCTV menangkap semua insiden itu dalam black and white.

[Cut to] Raut wajah perampok itu terlihat kacau. Matanya merah. Ia jelalatan, was-was kalau perbuatannya itu ketahuan oleh massa dan dirinya tak lagi sempat melarikan diri dari keroyokan massa. Ia berkali-kali menengok ke arah pintu masuk, berharap tak ada orang yang masuk. Lalu ia kembali mengalihkan perhatian kepada teller wanita itu yang belum juga selesai memasukkan uang ke kantong kertas itu.

PERAMPOK
(sambil menggunakan tangan kirinya untuk membantu teller wanita itu memasukkan uang rampokan itu ke kantong kertasnya, ia membentak)
“AYOO!!CEPAT!!Dasar wanita lelet!”

TELLER WANITA
(ekspresinya kacau dan benar-benar ketakutan)
“IYAAA!IYAAA!…TOOOLOONG…!!”

Seketika pegangan tangan kiri perampok itu lepas dari tubuhnya, teller wanita itu segera berteriak, meskipun ia masih saja ketakutan. Sang perampok yang panik segera saja membenturkan gagang pistolnya ke tengkuk wanita itu karena takut teriakannya bisa memancing kedatangan massa. Namun si wanita bukannya pingsan akan tetapi malah semakin keras meraung.

Sang perampok menjadi semakin panik.

Teller wanita itu berhasil melepaskan diri dari sang perampok, sehingga dia berlari ke arah kerumunan nasabah yang juga ketakutan di sudut ruang. Lalu ia menangis sesenggukan.

Sang perampok segera mengarahkan moncong pistolnya ke karyawan lain di balik meja teller.

PERAMPOK
(semakin beringas)
“CEPAAAT!AYO CEPAAT! Segera penuhi tas itu dengan uang!”

Karyawan yang ditodong mati kutu. Ia segera saja menuruti kemauan perampok itu.

Dalam sepersekian detik itu sang perampok tak sadar kalau tim buru sergap dari kepolisian telah mencapai lokasi dan dua orang petugas telah masuk ke ruangan.

[Cut to] Kamera keamanan menangkap citra dua orang petugas polisi yang masuk mengendap ke ruangan lewat pintu depan tanpa sepengetahuan sang perampok.

Petugas yang masuk itu berpakaian seperti pakaian tim SWAT. Hitam-hitam, dengan glove, dan senapan riffle semi otomatis di tangan.

[Cut to]
EXT. RUMAH PEGADAIAN. SIANG

Terlihat di luar pintu pegadaian menunggu dua petugas polisi lagi dengan posisi siap siaga.

Di sisi dekat kamera, terlihat seorang polisi di belakang moncong mobil patrolinya; dia jongkok dan mengarahkan pistolnya ke arah pintu pegadaian.

[Cut to]
INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG TELLER. SIANG

Dua petugas polisi yang sudah berada dalam ruang segera memperingatkan sang perampok.

POLISI 1
(sambil mengarahkan moncong riffle ke perampok)
“POLISI! ANGKAT TANGAN! KAMU SUDAH DIKEPUNG!”

Sang perampok yang mendengar seruan tersebut kaget. Ia segera berbalik dan berusaha menembakkan pistolnya ke arah datangnya suara seruan tadi, tapi dia kalah cepat dengan gerakan tim buru sergap yang terlatih.

[Cut to] [Slowmotion] Jari salah seorang polisi menarik pelatuk senapan riffle-nya.

[Cut to] [Slowmotion] Ujung senapan riffle mengeluarkan percikan api dan sedikit asap.

Terdengar suara rentetan muntahan peluru.

[Cut to] [Slowmotion] Kaki kiri sang perampok tertembak dan mengucurkan darah segar.

PERAMPOK
(ekspresinya menunjukkan kesakitan, ia lalu menatap pada luka di kakinya)
“AARRGHHHHH….!!!”

[Slowmotion] Lalu dua butir peluru menembus dada dan perut perampok itu. Darah segar mengucur deras dari lubang peluru itu.

[Cut to] [Slowmotion] (View Kamera dari mata perampok) perampok terhuyung-huyung (kamera mengikuti) dan kemudian pandangannya semakin kabur (blur). Terlihat sosok polisi tadi menghampiri perampok yang sudah tak berdaya itu. Semakin lama pandangannya menjadi semakin kabur, dan akhirnya hitam
[fade to black]
(samar-samar terdengar suara siulan teko pertanda air mendidih)

[Cut to]
INT. KAMAR TIDUR PARDJO. PAGI

[black video]
Terdengar suara tanpa rupa. Suara Sutini berusaha membangunkan Pardjo yang sedang tertidur pulas. (Sutini adalah istri Pardjo, perawakannya kurus, kulit sawo matang, rambut panjang sebahu, tidak cantik, biasa saja, cerewet.)

SUTINI
“Pak!BANGUN Pak! AYO BANGUN…!Sudah siang!”

(View kamera dari mata Pardjo) Pardjo kaget mendengar suara bentakan itu. Pardjo berusaha membuka mata, pelan. Lamat-lamat mulai terlihat sosok istrinya itu tengah berdiri berkacak pinggang di depannya.

SUTINI
(masih berkacak pinggang, marah)
“Lihat Pak!Sudah jam sembilan!Kalau Bapak tidur terus, dan nggak mau narik, nanti kita mau makan apa, Pak?!Ingat ya, Pak, kebutuhan hidup kita masih banyak, tadi anak-anak berangkat sekolah ndak aku kasih uang jajan! Uang kita sudah mepet Pak! Belum lagi, besok kita harus bayar uang kontrakan rumah kita yang cuma secuil ini!Kemaren sore waktu Bapak belum pulang narik, Cak Midin datang ke sini dan nagih uang kontrakannya.
Persediaan makanan di dapur juga semakin menipis.Kalau begini terus, lantas nanti kita makan apa, Pak?! Apa kamu tega, anak-anak kita dikasih makan batu?!
Belum lagi harga minyak naik terus, bensin juga!Pusing aku Pak, PUSING!
Si Ucup tadi juga minta bayaran uang sekolah yang udah nunggak tiga bulan…, mana susu si Ucok juga sudah habis!Anak itu rewel terus kalo ndak dikasih susu!Lekas bangun Pak! Sana narik!Pokoknya cari DUIT!DUIIIT!”

Pardjo merasa pusing dan linglung. Belum sempurna ia bangun dari tidur pulasnya, ia sudah dihujani omelan istrinya yang memang hobi ngomel itu.

Dalam hati Pardjo berharap Tuhan mau menolongnya.

[Cut to] Wajah Pardjo dan ekspresi kusutnya.

PARDJO
(dalam hati)
“Oh Ya Allah…apa yang harus kulakukan…?? Sekalipun aku narik dari pagi sampai malam, pasti hasilnya tetap tak mampu mencukupi keperluan istri dan anak-anakku. Ya Allah, tolonglah aku. Berikanlah aku jalan keluar…”

[fade to black]
[black video]

[Cut to]
INT. RUMAH PARDJO-RUANG KELUARGA. PAGI

Pintu kamar mandi terbuka, terlihat Pardjo keluar dari kamar mandi sambil menggosok-gosokkan handuk kumalnya ke rambutnya yang masih basah dan acak-acakan.

Pardjo melangkah ke meja makan yang juga jadi satu dengan ruang keluarga. Rumah itu memang kecil, sehingga mulai dari ruang keluarga, ruang TV dan ruang makan campur jadi satu.

[Cut to] Di atas meja makan telah tersedia Sebakul nasi hangat dan sayur lodeh kesukaan Pardjo. Ditambah lagi beberapa potong tempe goreng yang agak gosong.

Segera saja Pardjo mengambil nasi dan sayur, lalu mulai makan dengan lahap.

[backsound] Terdengar suara radio; berita RRI tentang seputar berita kriminal yang terjadi pekan ini. Ada berita perampokan, pencurian, pencopetan bahkan sampai pembunuhan.

[Cut to]
EXT. SUMUR BELAKANG RUMAH. SIANG

Sutini sedang bekerja keras mencuci baju-baju. Beberapa kali ia mengusap peluh di wajahnya dengan punggung tangan.

[Cut to]
INT. RUMAH PARDJO-RUANG KELUARGA. SIANG

Pardjo sudah selesai sarapan. Lalu minum segelas air putih dari kendi.

Piring dan sendok ia tinggalkan begitu saja di meja makan. Lalu ia berdiri.

[Cut to]
EXT. SUMUR BELAKANG RUMAH. SIANG

Sutini masih bekerja keras mencuci baju.

Pardjo muncul dari balik pintu yang ada di belakang Sutini. Sutini tak melihat kalau Pardjo berdiri di pintu.

Pardjo hanya menatap istrinya dengan pandangan sayang, meskipun istrinya itu adalah wanita yang amat cerewet. Lalu tanpa mengucap sepatah kata pun kepada istrinya yang terus saja mencuci itu, ia berbalik dan masuk kembali ke dalam rumah.

[black video]

INT. RUMAH PARDJO-RUANG KELUARGA

Pardjo berhenti sejenak di depan foto-foto keluarga (hitam putih) yang terpampang di dinding. Dia pandangi foto-foto itu dengan seksama.

[Cut to] Mata Pardjo berkaca-kaca.

Lalu Pardjo meraih topi kesayangannya yang tergantung di gantungan baju dekat pintu kamarnya.

Ia pakai topi itu. Sekali lagi menatap foto-foto di dinding. Lantas beranjak pergi.

EXT. RUMAH PARDJO. SIANG

Terlihat sebuah bajaj terparkir di depan rumah. Bajaj itu terlihat masih lumayan bagus.

Pardjo keluar dari pintu depan. Ia segera menuju bajajnya. Ia membuka pintu bajaj, dan ia segera menghidupkan dan memanasi mesin bajaj itu.

[black video]

EXT. PANGKALAN BAJAJ. SIANG

Wajah Pardjo menunjukkan ekspresi gelisah. Sedari tadi ia belum memperoleh satu penumpang pun. Seorang temannya bertanya padanya.

SUPIR BAJAJ 1
“Belum dapat penumpang, Djo?”

Pardjo hanya menggeleng lemah.

Pardjo duduk di sebuah bangku panjang. Di sampingnya beberapa temannya sedang asyik bermain catur.

Tatapan mata Pardjo menerawang jauh. Seakan harapannya untuk memperoleh rejeki hari ini begitu tipis.

Pardjo hanya sesekali saja menoleh ke teman-temannya yang asyik bermain catur dan tampaknya tak pernah mendapat masalah seperti dirinya.

[black video]

[fade in]
EXT. JALAN RAYA. SIANG

[fokus wajah Pardjo] Pardjo mengemudikan bajajnya menyusuri jalan raya itu. Tatapan matanya masih menerawang jauh. Ia masih belum dapat penumpang, dan kini ia jalankan saja bajajnya ke arah yang tak tentu, berharap ada penumpang yang membutuhkan jasanya.
[Cut to] (kamera view dari arah samping)

[Cut to]
EXT. DEKAT SEBUAH WARUNG MAKAN. SIANG

Pardjo menghentikan bajajnya di dekat sebuah warung makan di pinggir jalan.

Ia lalu keluar dari bajaj. Ia melangkah ragu-ragu ke arah warung itu. Sebelum masuk, ia berhenti sejenak. Ia masukkan tangannya ke saku celana.

Uang yang ada tinggal sedikit. Hanya tinggal 2 ribu rupiah. Sisanya untuk beli BBM bajaj yang sekarang sudah sangat mahal bagi orang-orang semacam Pardjo.

Ia bingung. Uangnya terlalu sedikit. Ia hanya bisa diam dan tengak-tengok saja.

Lalu tak sengaja matanya tertuju pada sebuah papan nama bertuliskan:”PEGADAIAN, MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH”

Tiba-tiba seperti terbersit sesuatu di pikirannya. Wajahnya menunjukkan hal itu.

Pardjo segera berbalik dan melangkah menuju bajajnya. Ia masuk lantas menghidupkan mesin.

[Cut to]
EXT. DEPAN RUMAH PEGADAIAN. SIANG

Roda bajaj berhenti dengan pasti. Kaki kekar bersandal jepit itu keluar dari bajaj.

Kaki itu melangkah bergegas. Menuju trotoar. Berjalan bergegas diantara PKL-PKL. Persis seperti mimpi yang tadi pagi dialaminya.

Kaki itu terus melangkah.

Trotoar itu lumayan berdebu. Pada scene terlihat sepasang kaki yang melangkah sedikit tergesa-gesa. Kaki itu kekar, hitam dan bersandal jepit.

[Cut to] Pedagang kaset bajakan di trotoar sedang menawarkan barang dagangannya pada orang-orang lewat.

[Cut to] Seorang tukang cukur asyik mencukur rambut salah seorang customer-nya sambil bersiul.

[Cut to] Kaki yang sedang melangkah bergegas.

[Cut to] Angle kamera seakan mata dari orang yang sedang melangkah tadi, sehingga di layar terlihat trotoar di depan yang penuh dengan PKL berjajar. Orang itu terus berjalan sambil sesekali menengok ke kanan atau kiri ke arah para PKL yang menggelar dagangannya. Dan para PKL tetap asyik dengan dagangannya masing-masing.

[Cut to] Kaki yang sedang melangkah bergegas.

Tiba-tiba langkah kaki itu terhenti.

[Cut to] Wajah Pardjo terlihat ragu. Keringat mengucur dari wajahnya yang hitam berdebu itu.

{Cut to] Tangan kiri Pardjo mengepal, seakan sedang mengumpulkan keberanian untuk memutuskan sesuatu.

Tatapan mata Pardjo menjadi tegas, tanda ia telah membulatkan tekad. Ia lalu melangkah.

[Cut to]
INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG TELLER. SIANG

Terlihat pintu kaca itu terbuka dan sepasang kaki yang tadi melangkah masuk ruangan. Kaki itu berhenti sejenak. Lalu…

[Cut to] Kamera keamanan di sudut ruang menangkap semua aktifitas yang terjadi di dalam ruangan dalam black and white. Saat itu suasana pegadaian tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa nasabah saja yang sedang duduk menunggu giliran diproses permohonannya. Dua Nenek-nenek, seorang lelaki gemuk berkacamata setengah baya, dan seorang anak kecil yang sepertinya anak orang itu. Lelaki yang baru masuk itu terlihat masih berdiri di dekat pintu masuk. Di sebelahnya ada dua satpam berjaga.

[black video]

-END TITLE SEQUENCE

[Cut to]
INT. RUMAH PEGADAIAN-RUANG TELLER. SIANG

[Cut to] Meja teller. Sebuah tangan kekar terlihat muncul di atas meja itu. Tangan kiri.

TELLER WANITA
(seperti sedang melihat sesuatu yang agak aneh)
“Ada yang bisa kami bantu Pak?”

Wajah Pardjo terlihat ragu. Tapi sebentar kemudian tekadnya telah bulat. Itu terlihat dari raut wajahnya.

[Cut to] Meja teller. Selembar BPKB dan surat-surat kepemilikan bajaj disodorkan oleh tangan itu.

[Zoom in] Surat-surat bajaj itu.

[black video]

PARDJO
“Mbak…kira-kira berapa harga gadai yang pantas untuk bajaj saya?”

-END TITLE SEQUENCE-contnd.

Maafkan Aku (Based Story)

Braak. Kedua satpam bank itu pun jatuh tersungkur terkena tendangan serta pukulan yang kuhujamkan bertubi-tubi ke tubuh mereka. Aku memang menguasai seni bela diri karate yang kupelajari waktu masih remaja sehingga aku pun tidak mengalami masalah harus berhadapan dengan kedua satpam itu. Setelah mereka roboh dengan muka berlumuran darah, aku segera berlari menuju ke arah teller. Dengan sigap segera kutarik tangan seorang karyawati yang ada didekatku dan segera kutodongkan pisau yang kurebut dari satpam tadi di lehernya. Tubuhnya kutarik kedepanku sehingga aku pun bisa berlindung di baliknya.

Jangan ada yang bergerak. Bila ada yang sok mau jadi pahlawan, wanita cantik ini akan mati. MATI! Kalian mengerti? Sekarang cepat isi tas itu dengan uang. Aku hanya mau uang. Cepat! Waktuku tidak banyak. Jangan macam-macam ya. Aku serius!

Wanita yang kudekap itu terus menjerit minta tolong. Dia terlihat histeris. Dari kedua bola matanya yang indah tak henti-hentinya mengucurkan air mata. Dia terus memohon ampun kepadaku agar dia dibiarkan hidup. Dia bekerja keras sebagai karyawan bank hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup kedua anaknya yang masih balita. Suaminya telah meninggal akibat kecelakaan tahun lalu. Jeritnya pun makin menjadi-jadi. Karena tak tahan dengan teriakannya, tanpa sengaja kupukul kepalanya dengan gagang pisau. Segera darah mengucur dari balik rambutnya yang hitam tergerai. Dia mengerang kesakitan. Tangisnya makin meledak memecahkan telinga. Aku pun mulai panik. Oh, Tuhan, apa yang telah kulakukan? Aku sungguh tak bermaksud menyakiti wanita ini. Aku hanya menginginkan uang itu. Hanya uang itu!

Cepat, ayo cepat! Segera penuhi tas itu dengan uang! Aku terus berteriak kepada karyawan yang lain untuk segera memenuhi permintaanku. Kulihat mereka dengan wajah ketakutan mulai membuka laci-laci berisi uang yang kemudian dimasukkannya ke dalam tas yang kumaksud.

Aku makin tidak terkendali. Aku tak tahu lagi apa yang telah aku perbuat. Aku sungguh telah dikuasai oleh setan laknat. Pikiranku sudah dibutakan oleh hasutan-hasutan yang terkutuk. Hingga akhirnya kurasakan sebuah benda panas melesat menembus kakiku. Kulihat darah mulai mengalir dari lubang yang ditinggalkan benda tadi. Aku pun goyah. Keseimbanganku hilang. Tubuhku terasa lemas tak bertenaga sampai dekapanku pun mulai mengendur. Tanpa terasa kulonggarkan dekapanku hingga wanita yang kusekap itu pun dapat meronta, memberontak dan akhirnya setelah menggigit lenganku, dia terlepas dari cengkeramanku.

Tak berlangsung lama, dua buah benda panas yang sama berhasil menusuk dada dan perutku. Aku pun terpental hingga menabrak meja kerja di belakangku hingga jatuh berantakan. Aku pun tersungkur bersimbah darah. Tubuhku terhempas keras ke lantai marmer yang mengkilat. Lama-kelamaan warna lantainya pun berubah menjadi merah. Darah yang menggenang mulai membasahi lantai. Kepalaku berkunang-kunang. Tubuhku mati rasa. Pandanganku mulai kabur. Yang bisa kulihat hanya samar-samar sebuah bayangan seorang polisi menghampiriku sambil menodongkan pistolnya. Akhirnya rasa dingin menyelimutiku. Sungguh dingin sekali rasanya. Dan yang kulihat akhirnya hanya warna hitam yang gelap, hitam yang pekat, hitam yang diam serta hitam yang tak berujung…………

Pak! Bangun! Hari sudah siang!

Aku kaget setengah mati. Aku pun tersentak terbangun dari tidur panjangku. Kubuka kedua bola mataku yang masih terasa lelah. Kulihat seorang wanita berdiri di hadapanku sambil berkacak pinggang. Oh, rupanya istriku yang sedang marah telah membangunkanku.

Lihat! Sudah jam sembilan, Pak!. Kok masih tidur? Jangan males-malesan! Apa Bapak nggak narik hari ini? Ingat ya, Pak! Kebutuhan hidup kita masih banyak. Besok pagi kita harus sudah bayar kontrakan rumah. Soalnya kemaren sore waktu Bapak belum pulang narik, yang punya rumah datang mau nagih uang kontrakan. Persediaan makanan di dapur juga sudah mulai menipis. Mau makan apa kita nanti, Pak? Harga barang-barang di pasar semuanya sudah naik karena ikut-ikutan sama harga BBM yang telah melonjak tinggi. Si Ucup juga tadi minta bayaran uang sekolah yang udah nunggak tiga bulan. Kalo nggak dibayar, dia bisa dikeluarkan dari sekolahnya. Kalo nggak sekolah, mau jadi apa anak kita, Pak? Belum lagi adiknya si Ucok, susunya juga sudah habis. Dia terus-terusan nangis nggak berhenti-berhenti. Pusing aku dengerinnya, Pak! Ayo, buruan bangun! Bapak harus cari duit yang banyak. Cari duit. Duit. DUIIIITTT!

PUSIIIIING!!! Sungguh pusing pikiranku. Belum juga mataku terbuka dengan sempurna, aku sudah diomeli istriku habis-habisan. Kepalaku sungguh sangat berat. Oh, ya Allah. Apa yang harus kulakukan.? Sekalipun aku narik dari pagi sampai malam, belum tentu aku bisa memenuhi semua keluhan istriku itu. Ya Allah, tolonglah aku. Berilah aku jalan keluar.

Aku pun segera mandi, sarapan dan segera kupanasi mesin bajaj yang umurnya sudah melebihi umurku sendiri. Bajaj ini merupakan peninggalan kakekku yang dulu juga seorang sopir bajaj. Karena Bapakku tidak bisa mengendarai bajaj ini karena tangannya lumpuh yang disebabkan oleh suatu penyakit, akhirnya bajaj ini diserahkan kepadaku. Dihitung-hitung, aku sudah bersama bajaj ini kurang lebih hampir dua belas tahun. Banyak kenangan yang kualami bersama bajaj ini. Baik yang manis maupun yang pahit. Aku sudah cukup makan asam garam kehidupan di kota Jakarta ini. Setelah mesin bajaj menyala, segera aku melaju menyusuri jalan-jalan ibukota yang panas, gersang, penuh dengan polusi, kemacetan dan banyak lagi masalah yang kuhadapi. Aku sudah terbiasa akan hal itu.

Pikiranku mulai menerawang. Omelan-omelan istriku tadi pagi mulai menari-nari di atas kepalaku. Saling sahut-menyahut. Saling berteriak memaki diriku. Membikin suara bising yang cukup mengganggu telingaku. Hari ini sungguh sepi. Aku belum memperoleh satu orang penumpang pun sampai siang ini. Mungkin orang-orang sudah mulai enggan naik bajaj. Selain bising, jalannya pun penuh goyangan. Kalo yang nggak tahan bisa pusing bahkan muntah-muntah. Atau mereka pikir ongkosnya yang terlalu mahal? Apa uang sepuluh ribu perak terlalu mahal untuk ongkos naik bajaj? Mau gimana lagi. Harga BBM untuk bajaj sudah melambung sangat tinggi. Tidak ada jalan lagi selain menaikkan tarif. Aku pun bingung. Sungguh bingung. Apa yang harus kulakukan? Lama aku berpikir. Kuputar seluruh otakku. Kekerahkan semua kekuatan yang ada di tubuhku. Untuk mencari sebuah jawaban yang sangat kunanti. Aku sangat membutuhkannya hari ini. Bisikan-bisikan setan mulai menyerangku. Aku tidak kuasa untuk melawannya karena bisikan itu terlalu kuat untuk imanku. Apa hanya jalan ini yang harus kutempuh? Apa takdir ini yang harus kujalani? Sungguh aku tidak tahu. Aku hanya bisa menuruti bisikan itu tanpa daya. Oh, istriku. Oh, anakku. Maafkan aku. Maafkan diriku...

Jumat, 25 Maret 2011

Balada Rumah Biru, Schedule 18 - Buka Puasa

Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramdhan bagi umat muslim wajib hukumnya. Dan puasa lebih berat rasanya saat bekerja di Rumah Biru. Gimana nggak berat coba? Udah seharian nahan lapar ama haus, kondisi kantor udah mirip kaya gudang pelabuhan, berantakan dan puaaanaass pool!!!. Kan nggak ada AC! Adanya cuma kipas angin yang kadang-kadang ngadat. Kalo mo nyalain, digoyang-goyang dulu kabelnya baru mak wusssss deh. Nggak tahu tuh kenapa Pak Achmad gak mau pasang AC? Padahal kondisi penghawaan di kantor apalagi di ruangan studio udah siaga III. Ibaratnya kalo mo bikin popcorn tinggal taruh aja biji jagungnya, tunggu sebentar udah jadi tuh popcorn saking panasnya udara dalam ruangan, udah kek microwave aja. Paling-paling kalo berkeluh kesah ama si Bos, ya jawabnya klise, …. “ ngapain pake AC, kan udah ada kipas, kalo masih panas yang buka aja jendela. Beres kan?” Arrrrrgh, pengin digampar tuh orang. Udah kita-kita yang nyariin duit, gak ada penghargaan sedikitpun dari si Bos. Makanya, puasa di Rumah Biru pahalanya gede baget, selain menahan laper ama haus, kami juga harus menahan hawa panas yang cukup menyiksa yang bisa bikin badan keringatan kek habis lari maraton. Belum lagi kelakuan si Bos yang sering bikin bete dan emosi, kita mesti bisa sabar, sabar dan sabar …. Semoga Allah menerima ibadah kita yang berat ini, amiiiin.

Biasanya kalo di bulan Ramadhan, jam kerja di Rumah Biru mengalami perubahan atau penyesuaian. Kalo hari biasa, kita masuk jam 08.00 tepat, gak boleh lebih barang sedetikpun. Terus pulang jam 17.00 atau jam lima sore … nah kata si Bos kalo pulang boleh lebih dari sedetik bahkan sejam alias lembur tanpa dibayar, dasar gak mau rugi tuh! Setelah melewati unjuk rasa dan demo besar-besaran yang diikuti semua karyawan Rumah Biru, maka khusus bulan Ramadhan, masuk kantor tetep seperti biasa, jam 08.00 tepat, cuma pulangnya lebih awal, jam 16.00 atau jam empat sore. Dengan alasan supaya kami ada waktu buat nyiapain atau cari makanan buka puasa. Soalnya adzan Maghrib waktu itu jam 17.32. Jadi mepet banget kalo pulangnya jam lima sore. Sampe rumah paling-paling ya pas adzan Maghrib.

Mulanya Pak Achmad keberatan dengan dalih bisa buka di kantor kalo nggak sempet nyari makanan untuk berbuka. Tapi karena pas buka puasa di kantor cuma dikasih teh manis ama tempe goreng aja, … dasar pelitnya nggak ilang-ilang, maka kita bersikeras tetep minta pulang lebih awal. Terjadilah perdebatan sengit … nggak sampe tabok-tabokan sih, hingga akhirnya si Bos luluh dengan terpaksa, di bawah ancaman mogok kerja selama bulan puasa.

Suatu hari, pas memasuki minggu terakhir bulan Ramadhan, nggak ada hujan, nggak ada geledheg, nggak ada angin topan, nggak ada banjir, nggak ada tsunami, nggak … STOP!!! Kok jadi keterusan, SI Bos tumben-tumbennya ngajak kami semua untuk berbuka bersama. Nggak tanggung-tanggung, acara buka bersamanya di adakan di restoran yang cukup terkenal di kota Solo, Resto RASANYA ENAK SEKALI. Tumben banget nih si Bos. Si Bos bilang kami pulang seperti biasa, jam empat sore, terus nanti langsung ketemu di restoran menjelang Maghrib, ya paling nggak jam lima sore sudah sampe. Boleh ngajak keluarga, atau pacar. Wah asyiiik nih.

Tapi pas si Bos bilang menunya akan dipesannya dua jam sebelum waktu Maghrib, si Aris langsung menimpali.
“Pak, maaf, kalo pesen menunya mepet, nanti bisa-bisa pas Maghrib belum siap. Kan jadi repot, Pak. Gimana kalo kami aja yang memesankan nanti siang. Biar nanti langsung bisa disiapkan begitu adzan Maghrib tiba. Jadi kita nggak nunggu terlalu lama. Pesennya bisa lewat telepon kok, Pak.”

“Betul juga kau, Ris. Ya udah. Kamu yang ngurusin. Tahu beres aja ya.”

“Baik, Pak. Nanti siang saya telpon kesana untuk reservasi.”

Setelah Pak Achmad pun berlalu, anak-anak Rumah Biru langsung menyerang Aris dengan pertanyaan-pertanyan.

“Ris, tumben kamu mo repot-repot bantuin si Bos,” tanya Prast.

“Iya nih, pake mo ngurusin acara buka segala,” timpal Dika

“Hei, tenang-tenang. Nanti aku jelasin semuanya,” jawab Aris tenang.

“Emangnya ada apaan sih, Ris?” tanyaku pula

“Begini, teman-teman masih inget nggak pas katering kita siang itu nggak datang? Katanya motor yang nganterin catering bannya bocor, lalu jatuh, terus katering jatah makan siang kita tumpah di jalan. Kemudian kita kan diajak ama si Bos makan siang di warung sate kambingnya Pak Jalal, yang di depan kantor tuh.”

“Iya, aku ingat. Terus apa hubungannya ama acara buka bersama nanti?” tanya Alung.

“Kalian inget, nggak? Biasanya satu porsi sate kambing Pak Jalal ada berapa tusuk?”

“Harusnya 10 tusuk sih, kita kan sering ditraktir makan di sana kalo ada yang ultah,” jawab Dika

“Nah, terus kemarin yang dikasih ke kita berapa tusuk?”

“Cuma 4 tusuk!” jawab kami serempak.

“Siapa yang nyuruh pas kita tanya ama Pak Jalal?”

“SI BOSS !!!” jawab kami serempak lagi.

“Nah, udah paham kan maksudku?”

“Ya, aku tahu. Dulu sebelum kita pergi ke warung Pak Jalal, si Bos udah memesan terlebih dahulu porsi yang akan dikasih ke kita. Ya itu, cuma 4 tusuk. Dasar pelit banget tuh orang. Porsi makan siang aja sampe dikurangin,” timpal Prast.

“Makanya itu, Mas. Tadi pas Bos bilang mo pesen menu di Resto Rasanya Enak Sekali, takutnya kejadian di warung sate kambing Pak Jalal terulang kembali. Makanya aku ambil inisiatif, nawarin diri bantuin memesankan menu, biar kita-kita nggak terlantar nantinya pas buka puasa, hanya karena porsi makan kita dikurangin.”

“Tapi itu namanya suudzan kamu ama si Bos,” kataku mengomentari.

“Lha, Mas. Mo taruhan? Kaya belum tahu aja modelnya si Bos. Buka puasa di kantor aja cuma dikasih teh manis ama tempe goreng.”

“Bener juga, Ris. Aku dukung deh sekarang,” imbuh Hadi.

“Iya, nanti kalo pas reservasi, pilih menunya yang enak-enak ya,” timpal Zain.

“Beres, dah. Bisa di atur. Nanti semuanya bikin list yang mau di pesan ya”

Tibalah saat menjelang berbuka puasa. Aku datang lebih awal di Resto Rasanya Enak Sekali. Lokasi restoran ini agak jauh dari kota, tepatnya di daerah Pabelan, dekat kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jadi lumayan jauh dari tempat tinggalku, kira-kira hampir 8 km. Naik motor paling cepet setengah jam. Makanya, sepulang dari kantor tadi aku segera ngebut sampe rumah, langsung mandi, ganti baju, terus cabut lagi ke Resto Rasanya Enak Sekali. Teman-teman akhirnya datang satu-persatu. Semuanya datang sendiri-sendiri tanpa pasangan. Keliatan klub jomblo banget hehehe … Tapi kelihatannya si Bos belum datang. Rencananya Pak Achmad datang bersama Bu Lis dan anak-anaknya. Ketiduran kali si Bos, soalnya tadi sore pas kita pamitan mo pulang, si Bos agak ngantuk-ngantuk gitu. Katanya sih biasa bawaan orang puasa. Alasan aja, ngantuk mah ngantuk aja.

Daripada nungguin, kita langsung bergeas menuju ke gazebo atau pondok-pondok kecil dari bambu yang sudah Aris pesan tadi siang. Resto Rasanya Enak Sekali ini adalah restoran yang mempunyai gazebo-gazebo di dalamnya yang digunakan untuk ruang makan. Biasanya satu gazebo bisa muat 8 – 10 orang. Gazebo yang Aris pesan terletak agak di belakang, nomer 12, tepatnya dekat dengan kolam. Jadi sebagian bentuk gazebo-nya menggunakan kontruksi panggung di atas kolam. Kolam tersebut berisikan ikan mas, lele, ama mujair, tapi airnya agak keruh. Mungkin kebanyakan lumut yang tumbuh di dalamnya dan belum sempat dibersihkan. Di dalam gazebo, meja makan berbentuk kotak panjang melintang di tengah-tengah. Tidak ada kursi yang tertata rapi karena di sini makannya lesehan. Bukan nglesot kek suster-suster film horror tuh … Kami segera mengambil posisi duduk … eh lesehan masing-masing, yang kebanyakan penginnya deket dengan kolam.

Tak lama kemudian, pelayan pun datang. Dia tanya apakah makanan dan minuman yang sudah dipesan bisa disajikan. Karena adzan mahgrib tinggal beberapa menit lagi, kami pun mengiyakannya tanpa menunggu si Bos datang. Sesaat kemudian, beberapa pelayan datang sambil membawa makanan dan minuman yang kami pesan. Kemudian satu persatu, hidangan tersebut ditata di atas meja makan. Ada ayam goreng kalasan, gurami bakar asam manis, udang goreng tepung saus tiram, cumi sambal padang, tumis kangkung, ayam ca jamur, sayur asem, tahu dan tempe goreng kremes, sambal terasi dan nasi putih. Minumannya teh manis, es kelapa muda, es soda gembira, jus alpokat, jus jeruk, jus mangga, es coca cola, es sprite dan tentu saja es kolak sebagai menu buka puasa gratis yang ditawarkan Resto Rasanya Enak Sekali. Ngiler deh bayanginnya, hehehe …
Allahu Akbar, Allahu Akbar ….

Alhamdullillah, adzan Maghrib telah tiba. Kami segera membatalkan puasa kami dengan menyantap welcome drink yakni es kolak. Segeeeernya ….

Dan akhirnya si Bos dan rombongan datang. Tampak Bu Lis bersama kedua anaknya, Wawan dan Ria, berjalan di belakang Pak Achmad. Begitu masuk ke gazebo, si Bos sontak terperanjat melihat menu yang terpampang di atas meja makan.
“Lho, banyak sekali pesanannya? Siapa yang pesan tadi?”

“Kan Bapak yang nyuruh saya tadi buat ngurusan pesanan menu buka puasa,” jawab Aris santai.

“Tapi pesannya ya jangan sebanyak ini donk.”

“Bapak tadi kan nggak bilang mo pesen apa. Pas reservasi lewat telepon tadi siang saya ditanya ama pelayan resto, menu yang dipesan apa aja. Biar nanti bisa disiapin dulu, jadi pas buka puasa, menu sudah siap.”

“Terus kenapa kamu pesan sebanyak ini?”
“Ini menu yang dipesan ama teman-teman, Pak. Mas Isma ama Zain minta ayam goreng. Mas Prast minta cumi-cumi. Dika ama Hadi minta udang goreng tepung. Saya sendiri suka gurami bakar. Terus kami sepakat nambah tumis kangkung, ayam ca jamur, tahu dan tempe. Kalo minumnya juga pesanan masing-masing. Karena belum tahu pesanan Bapak dan keluaraga, jadi kami pesankan teh manis dulu.”

“Kamu ini ….” Si Bos mau marah tuh.

“Sudahlah, Pak. Jangan emosi. Nggak baik. Buka puasa kok malah jadi marah-marah. Ya sudah nggak papa. Sekali-kali kita traktir anak-anak makan yang enak. Lagian ini kan buat buka puasa, memberi makan orang yang berbuka puasa, pahalanya besar, Pak.” Tiba-tiba Bu Lis menengahi. Bu Lis emang perhatian banget sama kita.

“Tapi, Bu. Ini sudah ….”

“Sudah-sudah, ayo makan, anak-anak. Selamat berbuka puasa ya,” potong Bu Lis kembali.

“MAKASIH, BU.” Jawab kami serempak.
Kami pun makan dengan lahapnya. Terlihat si Bos masih belum terima penjelasan dari Aris. Dia makan dengan gelisah. Jangan-jangan duitnya kurang kali. Maklum, pasti si Bos pasti udah nganggarin budget untuk buka puasa seminimal mungkin. Nggak tahunya ….. hehehe. Kena balas kau, Pak Bos. Makanya jadi orang jangan terlalu pelit. Tapi mumpung mo lebaran nih, minal aidin wal faidzin, maaf lahir batin aja yee …

Senin, 24 Januari 2011

Balada Rumah Biru, Schedule 17 - The Kopliks

Sebagai karyawan yang kerja rodi tiap hari, wajar kan kalo sekali-kali butuh refreshing. Biar seger pikiran. Nggak bete terus di kantor. Namun berhubung kita bekerja di “benteng Alamo”, ijin untuk bisa santai tidak bakalan diperbolehkan. Pokoknya, kerja, kerja dan kerja terus. Memang sebetulnya keadaan di sini bisa dilaporkan ke Depnaker. Antara intensitas kerja dan imbalannya masih terpaut jauh dari nilai “UMR” yang seharusnya. Pake istilah UMR segala, arsitek apa buruh pabrik tuh?

Hal ini juga perlu bila kita datang terlambat ke kantor. Nggak tahu kenapa si Bos lebih mementingkan kuantitas alias absensi daripada kualitas atau hasil kerja para karyawannya. Harusnya kab yang penting kerjaan beres, deadline terpenuhi, tagihan cair, si Bos tinggal terima beres aja. Begitu kan enak.. Tapi si Bos beda. Saat jam masuk kantor, si Bos selalu stand by di ruangannya yang kebetulan memiliki jendela yang langsung bisa melihat ke arah tempat parkir motor para karyawannya. Masuk kantor harus jam delapan pagi tepat nggak lebih, tapi boleh kurang. Jadi setiap ada yang datang terlambat di atas jam delapan, langsung ketahuan dan so pasti didamprat abis-abisan.
Untuk mensiasatinya, biasanya kami punya cara-cara sendiri yang telah kami sepakati bersama supaya ijin untuk sekedar “istirahat” atau terlambat bisa didapatkan. Cara-cara itu biasa kita sebut dengan istilah “kopliks”.

Berikut beberapa “kopliks” yang popular dan sering digunakan oleh para “tahanan-tahanan” di Rumah Biru, termasuk diriku tentunya, dan mohon jangan ditiru ya hehehe …

Untuk ijin terlambat,
• Mampir dulu ke Bank untuk bayar angsuran atau tagihan. Alasan ini yang paling sering digunakan oleh anak-anak Rumah Biru. Selain manjur dan nggak bakalan diinterogasi lebih lanjut, masing-masing punya argumen sendiri-sendiri yang berbeda-beda bila si Bos menanyakan saat terlambat datang ke kantor. Bisa bayar tagihan telepon, bayar tagihan listrik dan PDAM, bayar cicilan motor atau mengangsur cicilan rumah. Lagaknya kaya punya rumah sendiri aja, padahal rumah kan masih pada numpang sama ortu masing-masing ...

• Pergi ke apotek. Alasan ini paling sering digunakan oleh Prast. Ketika dia terlambat dan ketahuan sama si Bos, dia akan berdalih dengan mengatakan pergi ke apotek dulu buat menebus resep atau beli obat untuk Bapak atau Ibunya. Padahal sebenarnya dia terlambat karena kesiangannya bangunnya. Karena seringnya pake alasan ini, lama-lama si Bos curiga juga.

“Emangnya tiap hari ortumu sakit, Prast?” tanya si Bos suatu ketika.

Dengan entengnya Prast menjawab, “ Kalo sekarang cuma beli multivitamin, Pak. Supaya badan Ibu bisa lebih fit dan sehat. Jadi nggak gampang jatuh sakit lagi.”

Si Bos hanya mangut-manggut mendengarkan alasan Prast.
Hahaha, ... dasar!

• Mengantar orang tua atau sodara. Sering kugunakan alasan ini jika terlambat masuk kantor. Walau banyak bohongnya, sesekali aku memang bener-bener mengantar Ibu ke pasar atau ke pusat perbelanjaan ketika mo berangkat kantor.

• Melayat. Alasan ini jarang digunakan. Semuanya takut kalo alasan satu ini bisa jadi karma dan beneran terjadi. Jadi jika bener-bener ada sodara atau tetangga yang wafat, alasan ini baru terpakai. Takut kualat ya ngatain orang meninggal! Dan pasti Bos bisa memaklumi karena takut jika tidak mengijinkan, bisa-bisa karyawannya nyumpahin dia meninggal. Parno banget lo, Bos.

Untuk ijin nggak masuk kerja,
• Punya hajatan. Alasan ini cukup manjur digunakan, karena si Bos pasti nggak akan ngecek ke tempat hajatan. Dan hebatnya lagi, ijin yang didapet bisa berhari-hari, dengan alasan masih ada acara ini lah, masih banyak sodara jauh di rumah lah, dan sebagainya. Pernah dulu aku ijin nggak masuk dengan alasan menghadiri hajatan sodara yang di Jakarta selama beberapa hari. Padahal di sana sebenarnya memang ada hajatan, tapi bukan hajatan seperti pernikahan atau sunatan. Hajatan yang dimaksud tak lain adalah pesta menyambut liburan sekolah ponakan-ponakan yang ada di Jakarta dan keluargaku semuanya diundang. Akhirnya seluruh kerabatku semua pergi ke Ancol untuk rekreasi di sana. Lupakan sejenak kerjaan di kantor yang melelahkan ... sambil nikmati sunset yang indah di pinggir pantai. Sedaaaaap!!! ... Jadi ingat teman-teman di kantor nih, sorry ya, bro!

• Sakit flu, diare atau radang tenggorokan. Sering anak-anak Rumah Biru memakai alasan ini supaya bisa nggak masuk ke kantor. Karena saking seringnya, lama-lama Bos curiga juga. Pernah suatu hari pas aku masuk kerja, ada tiga orang teman tidak masuk kerja. Mereka adalah Prast, Alung dan Aris. Semuanya ijinnya sakit. Satu sakit flu. Satu lagi sakit diare dan sisanya sakit radang tenggorokan. Si Bos pun bertanya padaku.

“Is, anak-anak kok bisa sakit semuanya?”

“Nggak tahu, Pak. Tumben, nggak biasanya mereka sakit barengan.”

“Kenapa ya?”

“Kurang gizi kali, Pak.”

“Kok bisa? Disini kan mereka dapet jatah katering untuk makan siang. Kok bisanya kurang gizi? Maksud kamu apa?”

“Ya, jelas lah kurang gizi, Pak. Tiap hari kerja lembur melulu tapi menu kateringnya cuma tempe ama sayur lodeh doank.”

Merasa kesindir, Bos pun tidak bertanya lebih lanjut dan berlalu meninggalkanku.

Balada Rumah Biru, Schedule 16 - Seragam Kerja

Walaupun lebih banyak susahnya kerja di Rumah Biru, tapi ada satu hal yang aku suka pas kerja di sana. Tak lain dan tak bukan soal seragam kerja. Di Rumah Biru nggak ada peraturan kalo kerja harus berpakaian rapi kek orang-orang kantoran. Kemeja lengan panjang, berdasi, celana kain dan sepatu nggak diwajibkan. Seragam kerja se hari-hariku ya kemeja biasa atau bahkan kaos oblong, kadang-kadang juga kaos bola klub idolaku, Chelsea FC, terus pake celana jeans atau celana lapangan plus sandal. Ngapain repot-repot pake sepatu lha kalo mo masuk studio juga harus dilepas di bawah. Mending pake sandal kan. Praktis. So orang-orang pasti nggak ngira kalo aku kerja di konsultan perencana, orang kantoran. Mereka kaya liat mahasiswa mo kuliah atau mo main ke mall buat cuci mata. Habis santai banget penampilannya.

Lain halnya kalo hari itu ada agenda mo meeting ama pejabat daerah atau ketemu tamu penting, si Bos pasti wanti-wanti sebelumnya harus berpakaian rapi tapi tak perlu berdasi. Dan tak lupa harus bersepatu. Cuma buat jaga image aja, masak konsultan perencana mo ketemu klien penting pake sandal. Tengsin kan. Gitu alasan si Bos. Tapi bener juga. Daripada kita malu-maluin, ya nggak papalah repot dikit.

Aku jadi inget kejadian pas Alung pertama kali masuk kerja. Si Bos ngomong pagi itu akan ada teman baru yang mo kerja di Rumah Biru. Katanya dia anak dari teman lama bos. Bos sok kenal sok dekat banget orangnya, karena tak lama kemudian baru aku tahu kalo Alung dan keluarganya sama sekali nggak kenal ama si Bos. Alung melamar kerja di Rumah Biru karena rekomendasi dosennya yang kenal ama si Bos.

Tak lama kemudian, Alung pun datang. Penampilannya kek orang kantoran, eksekutif muda gitu deh lagaknya. Kemeja rapi jali, berdasi, celana kain bermerk, sepatu kulit yang kinclong banget abis disemir, naik mobil sedan pula. Si Bos pun menyambutnya dengan ramah di ruang tamu. Calon korban baru nih pikirnya. Setelah basa basi dikit, Alung pun di ajak naik ke ruang studio yang nanti jadi ruang kerjanya.

Pas mo dikenalin ama teman-teman, dia langsung syok melihat penampilan teman-teman kerjanya yang baru nggak ada satu pun yang keliatan sebagai seorang arsitek, bahkan jauh dari kesan eksekutif muda. Lebih tepatnya waktu itu kami mirip segerombolan anak geng yang baru ngumpul. Kami waktu itu kebanyakan cuma pake kaos oblong gambar model distro-distro gitu terus ama celana jeans butut. Nyeker pula. Kan udah kubilang tadi kalo mo masuk studio harus lepas alas kaki. Nih kerja di konsultan ama terminal ya, kok semua kaya preman gitu …. wkwkwkwk

Selepas kejadian itu, penampilan Alung langsung berubah drastis. Mungkin udah dikomporin ama anak-anak hari itu, keesokan harinya, Alung hanya pake kemeja model hawai-an yang warna-warni abis kek yang biasa dipake turis buat ke pantai. Pokoknya norak abis deh. Celana sih tetep yang bermerk cuma sekarang Alung pake sandal jepit yang warnanya nggak kalah ngejreng ama bajunya. Well, welcome deh di rumah biru … hehehe.