Selasa, 30 Juni 2009

facebook : Sebuah Bentuk Interaksi Sosial yang Baru (bag 02)



Facebook dibangun oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Universitas Harvard yang mengambil kuliah bidang ilmu komputer dan psikologi. Dari kuliah yang diambil Mark, dapat diketahui, bahwa Mark secara praktikal, menggabungkan ilmu komputernya dengan ilmu psikologi. Mark membuat / membangun situs jejaring sosial tidak hanya berkutat dengan mengulik teknologi web yang canggih (teknologi Web 2.0 Ready, Java, AJAX, Facebook Apps Framework dan sebagainya), namun juga memperhatikan “sisi manusianya”, sisi psikologisnya juga, atau istilah ilmiahnya, sisi brainware-nya.

Mark membangun facebook tersebut, berawal dari hobi dia mengembangkan aplikasi berbasis teknologi web dan jejaring sosial. Sebelumnya, Mark telah membuat proyek seperti coursematch (bertujuan agar mahasiswa Harvard mengetahui tentang hal yang terkait dengan kegiatan akademiknya) dan facemash (bertujuan agar pemuda-pemudi bisa mengukur nilai dari “tingkat ketertarikan” antar mereka, yang ujung-ujungnya soal “dating”).

Lalu datang ide tentang jejaring sosial facebook ini, dimana terdapat situs jejaring sosial yang dibuat berdasarkan suatu kelompok / lingkungan / komunitas tertentu, dan akhirnya Mark memutuskan membuatnya berdasarkan dari lingkungan kampusnya Harvard. Kata “facebook” sendiri berasal dari “dokumen” yang digunakan oleh mahasiswa-mahasiswa baru Harvard untuk tugas “ospek” ketika baru menginjak pertama kali di universitas tersebut. Facebook digunakan untuk membuat profil mereka, serta mereka harus membuat / mengumpulkan profil orang lain, dan kemudian “dokumen” tersebut harus selalu di-update, ketika bertemu dengan mahasiswa baru lainnya, ataupun senior mereka. Dari ide tersebut, Mark pun mengembangkan facebook dengan dibantu oleh rekan-rekannya, Eduardo Saverin, selaku penyandang dana, serta Dustin Moskovitz dan Chris Hughes, selaku pengembang teknologi dan promosinya, dan akhirnya facebook diluncurkan pada Februari 2004. Dan dalam tempo tidak lama, facebook tidak hanya berkutat di Harvard saja, namun berkembang ke universitas lain pada Maret 2004, seperti Yale, Columbia, Stanford, dan sebagainya. Lalu pada September 2005, Mark meluncurkan facebook untuk lingkungan sekolah, komunitas, kelompok, perusahaan, dan pada September 2006, telah dibuka untuk umum, hingga merambah dunia dan mulai dikenal di Indonesia.

Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 645 % pada 2008, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan penduduk tercepat di facebook, mengalahkan Malaysia, India, Thailand, Singapore, dan bahkan China. Namun yang lebih hebatnya adalah, 831 ribu orang Indonesia yang ada di facebook ini ternyata masih hanya mewakili 0.4 % dari jumlah total penduduk Indonesia. Artinya, facebook masih memiliki peluang yang sangat besar untuk terus tumbuh berkembang di Indonesia.

Sebenarnya facebook tidak jauh berbeda dengan friendster, namun facebook membentuk / membuat jejaring sosialnya berdasarkan batasan suatu kelompok / lingkungan / komunitas tersebut, sehingga mengambil konsep pengembangan komunitas dalam pengembangan facebook itu sendiri. Dan adanya fitur-fitur facebook yang menarik, hal itu membuat perbedaan cukup signifikan dengan situs jejaring sosial lainnya. Yang membedakan dengan situs jejaring sosial lainnya, yaitu adanya aplikasi khusus yang dapat dikembangkan pihak ketiga diluar pengembang inti facebook. Aplikasi tersebut dapat disisipkan ke dalam facebook, sehingga penggunanya dapat “menikmati hasil kreativitas” tersebut, berupa permainan “lucu” seperti balapan mobil, saling memberikan kue / makanan, bermain liga sepakbola virtual, memberikan hadiah /e-card ke teman, atau saling bertarung antar mahluk gaib (vampire, werewolf, slayer), dan ribuan permainan lainnya.

Selanjutnya facebook berkembang pesat sebagai situs untuk hiburan dan pekerjaan. Facebook juga memiliki layanan fitur privasi. Dengan layanan tersebut, para pengguna facebook dapat mengontrol terhadap siapa saja yang diperbolehkan mengakses data profil mereka. Facebook telah mengembangkan berbagai ragam aplikasi yang dapat diinstall para pengguna. Aplikasi-aplikasi inilah yang memberikan nilai tambah bagi facebook. Aplikasi yang dikembangkan banyak yang mendukung bisnis dan pekerjaan seperti menjual atau membeli barang, ala e-Bay dengan orang-orang yang ada dalam jaringan yang dimiliki para pengguna.

Facebook memfasilitasi komunikasi dan interaksi secara virtual tanpa batas ruang dan waktu. Teman-teman yang tak tahu di mana rimbanya, ternyata bisa bertemu kembali melalui facebook. Tidak hanya teman sejawat, bahkan kita bisa juga berkawan dengan sosok yang terasa jauh di alam nyata, seperti artis, politisi, dan sejumlah orang beken lainnya. Tak heran, makin lama makin banyak pula orang yang mendaftar sebagai -meminjam istilah Goenawan Mohammad- Jemaah Al-Fisbuqiyyah, terutama mereka yang berasal dari kalangan muda.

Mengapa facebook melejit? Enda Nasution, praktisi komunikasi digital yang juga dikenal sebagai penggiat blogger, menilai keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang variatif dan cenderung mudah dipelajari. Apakah facebook akan bertahan atau kembali ditinggalkan layaknya friendster, Enda belum bisa diprediksi. Yang jelas, facebook muncul dengan segala sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, lewat berbagai aplikasi yang seru dalam era Web 2.0. Keberadaan fitur chat, notes, atau sistem tag, merupakan sebuah inovasi tersendiri. Bahkan kini, facebook menjadi hosting foto terbesar, mengalahkan situs foto seperti flickr atau picasso.

Lebih dari sekadar mencari teman dan memasukkannya dalam friendlist, situs semacam ini bisa menawarkan lebih dari itu. Sharing untuk media seperti audio, video, foto, dan notes, merupakan salah satu wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat meng-upload apa saja. Dengan segala risiko yang ada tentunya. Dalam facebook, kita bisa mengatur untuk foto dan profil dalam privacy setting. Sebelumnya, juga ada term of use kalau foto yang sudah di-posting di facebook maka akan menjadi milik facebook, tapi karena diprotes keras, sehingga sekarang sudah tidak lagi.

Tidak hanya menggunakan, sebagian orang bahkan sudah dalam tahap keranjingan facebook. Tak sedikit orang-orang yang sejak bangun tidur, langsung membuka facebook. Ketika tiba di kampus atau kantor, lalu membuka lagi facebook-nya hingga waktu pulang tiba dan kembali diteruskan di rumah. Sesekali, aktivitas itu masih diselingi pula dengan mengecek lewat smartphone yang kini marak, sekadar untuk melirik pesan dan komentar baru yang masuk, dan begitu seterusnya setiap hari.

Pola komunikasi internet ini, pada tahap tertentu bisa menimbulkan adiksi yang mungkin berpengaruh terhadap kehidupan nyata. Menurut Jerald J. Block, M.D, dalam sebuah editorial yang diterbitkan American Journal of Psychiatry (2008), ada beberapa ciri-ciri orang yang teradiksi terhadap internet, yaitu, penggunaan yang berlebihan, kegelisahan ketika tidak mengakses internet dalam interval waktu tertentu, peningkatan toleransi terhadap adiksi internet itu sendiri, dan dampak negatif (termasuk isolasi sosial).

Tak heran, dalam dunia pekerjaan isu ini mendapat perhatian khusus. Beberapa perusahaan menutup akses situs jejaring sosial di area perkantorannya. Kabarnya, pemblokiran facebook dilakukan karena banyak pegawai ketika jam kerja membuka facebook dan membuat kinerja mereka menurun.

Dalam kerangka dunia pendidikan, keberadaan facebook pun cukup mendapat sorotan. Salah satu survey yang dilakukan oleh Ohio University, menyebutkan bahwa mahasiswa yang kerap menggunakan facebook ternyata menjadi malas dan bodoh. Menurut studi yang mengambil sampel 219 mahasiswa Ohio State University tersebut, semakin sering mahasiswa menggunakan facebook, semakin sedikit waktu mahasiswa belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran mahasiswa.

Menurut Dosen Fikom Unpad, Dede Mulkan, berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam facebook memang bisa saja membuat mahasiswa betah menguliknya berjam-jam atau bahkan seharian. Sadar tak sadar, mahasiswa tersebut kemudian lupa waktu belajar, padahal mungkin besoknya ada ujian. Tapi menurut Dede, kebodohan itu bukan karena facebook, melainkan mahasiswanya yang tidak berkomitmen belajar. Situs jejaring sosial semacam facebook sesungguhnya sangat bermanfaat untuk menjalin komunikasi secara lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya. Dengan facebook, menjalin komunikasi dengan para mahasiswanya melalui fitur chatting di dalamnya, baik sekadar saling bertanya kabar hingga bimbingan skripsi. Ia bahkan mewajibkan setiap mahasiswanya untuk memiliki alamat e-mail untuk bisa berkomunikasi lewat e-mail, messenger, maupun situs jejaring sosial.

Interaksi dunia pendidikan pun mengalami pergeseran. Dulu boleh jadi dosen dan mahasiswa hanya bertemu di dalam kelas atau di kampus. Kini, para mahasiswa mengajak dosen-dosennya berteman di facebook. Ada semacam dekonstruksi hubungan mahasiswa dan dosen, yang membuat nuansa lebih egaliter di sana. Mahasiswa suka bertanya ulang tentang tugas. Kalau bertanya secara langsung kadang suka canggung, kalau lewat situs semacam ini, mahasiswa lebih berani dan bisa berkomunikasi tanpa batas dengan dosen.

Selain sebagai hiburan pelepas stres, banyak kalangan pendidikan merasakan keefektifan facebook dalam penyiaran informasi. Untuk hal itu, biasanya mereka memakai fasilitas notes atau rutin meng-update statusnya tentang info perkuliahan. Beberapa waktu lalu, ia mengisahkan, ada ratusan mahasiswa Fikom Unpad Bandung yang sudah kurang jelas di mana keberadaannya, namun mereka dituntut segera lulus kuliah. Dengan disampaikan informasinya di facebook, ternyata luar biasa cepat menyebar.

Menilik manfaatnya, banyak kalangan terang-terangan tidak sepakat jika kehadiran facebook "dilarang" oleh sekelompok pihak atas nama fatwa, seperti kabar yang ramai didengar belakangan ini. Pada titik ini, ungkapan klasik "the man behind the gun" atau kembali kepada pelakunya, mungkin akan lebih tepat.

Keberadaan teknologi komunikasi dan informasi tidak dapat dicegah, karena cepat atau lambat ia datang dengan sendirinya memasuki ruang-ruang kehidupan. Mau tak mau kita pun akan "nyemplung" juga, sebab kini internet boleh jadi sudah menjadi kebutuhan pokok masa kini. Ia pribadi prihatin jika situs jejaring sosial mengundang ekses negatif, misalnya, meruntuhkan komunikasi di dunia nyata karena tergantikan secara virtual. Idealnya, kita yang harus pandai me-manage supaya teknologi justru mempermudah kehidupan kita.

Jika jejaring sosial seperti facebook tidak digunakan dengan bijak, hubungan kekerabatan antar manusia bakal kehilangan keintimannya. Tidak dipungkiri, kegunaan facebook salah satunya adalah sebagai sarana silaturahmi. Lebih dari itu, facebook pun lengkap memberitahu kita mengenai kabar, status hubungan, info rumah, telepon, dan foto terbaru orang di sekeliling kita. Namun yang berbahaya, adalah jika silaturahmi dianggap selesai hanya via facebook, tanpa tindak lanjut.

Menurut Alfathri Adlin, anggota Forum Studi Kebudayaan (FSK) ITB, interaksi dalam situs jejaring sosial itu kerap bersifat hiperealitas, yaitu semu menciptakan kondisi fakta bersimpang siur dengan rekayasa. Memang kecemasan yang sering mengemuka, orang akan lebih menyukai bentuk virtual daripada fisik. Komunikasi lebih banyak secara tidak langsung, daripada langsung. Kita akan lebih tahu orang di ujung dunia, daripada tetangga sendiri. Alfathri berpendapat, kadang facebook sangat bermanfaat untuk melepaskan ketegangan, tertawa terbahak-bahak dan bercanda dengan teman lewat berbalas komentar, karena kita tidak akan tahan selalu bersikap serius. Mahasiswa yang menyebut facebook itu pelarian dari stres, sebenarnya harus ditelaah lebih jauh lagi penyebab mahasiswa itu stres.

Alfathri menyoroti tentang mahasiswa yang kerap begadang main game sampai pagi, atau menghabiskan waktu seharian dengan ber-facebook. Menurutnya, itu sebenarnya tanda-tanda bahwa anak muda kurang mendapat asupan "makanan bergizi" buah dari sistem pendidikan yang "gombal". Hal Itu dikarenakan pendidikan tidak menginspirasi, dosen kurang bagus dan kreatif. Kalau dosennya menyenangkan, mungkin bisa menginspirasi mahasiswanya lebih rajin membaca buku. Namun demikian, menurut Alfathri, orang tetap tidak akan menggantikan secara keseluruhan pergaulan secara fisik. Manusia nggak akan tahan hanya dengan virtual. Biasanya yang keranjingan, karena baru mengenal internet atau situs jaringan sosial itu. Tapi nanti akan ada satu titik jenuh juga dan kembali biasa.

Dituturkan Alfathri, kehadiran situs-situs jejaring sosial seharusnya bisa dimaknai untuk memacu kemajuan, dan bukannya tergelincir hanya menjadi simbol status. Sebab, gejala yang ada kini, orang seperti "berdosa" atau dicap "tidak gaul" kalau tidak punya facebook. Jangan hanya “aksesoris sosial” agar dianggap “gaul”, kalau bisa dimanfaatkan untuk yang lain, misalnya, promosi program kegiatan, bisnis, atau apapun, itu baru berguna.

Banyak manfaat-manfat yang sebenarnya dapat diambil dengan adanya situs jejaring sosial semacam facebook. Sebagai contohnya, beberapa manfaat positif yang dapat kita ambil dari facebook antara lain sebagai alat promosi / pemasaran / marketing, menjalin hubungan dengan teman-teman lama serta teman-teman baru dari “dunia maya”, menggunakan informasi data sebagai sumber informasi / penelitian (research) bagi perusahaan sebagai riset dan survey.

Namun tak dapat dihindari bahwa booming akan facebook ini memiliki beberapa dampak negatif pula. Menghabiskan waktu dengan mengakses situs jejaring sosial seperti facebook memang sungguh mengasyikan. Tapi baru-baru ini, ahli psikologi Inggris, Dr Aric Sigman mulai mengingatkan tentang dampak biologis dari situs jejaring sosial tersebut. Facebook juga mengakibatkan intensitas pertemuan langsung seseorang menjadi berkurang. Dalam artikelnya yang dipublikasikan di jurnal Institute of Biology, Sigman mengungkapkan, kurangnya intensitas bertatap muka secara langsung dalam komunikasi berdampak pada sisi biologis seseorang. Sigman menambahkan, kurangnya pertemuan secara langsung dapat mengubah kerja gen, mengganggu respons kekebalan, level hormon, fungsi arteri dan mempengaruhi keadaan mental. Hal itulah yang menurutnya, dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serius seperti kanker, stroke sampai serangan jantung. Situs jejaring sosial semacam facebook ini juga disinyalir memberikan kontribusi penting dalam membuat seseorang menjadi terisolasi.

Ketika masuk ke dunia maya, maka kita telah menjadi bagian dari masyarakat maya (cybercommunity). Para facebooker merupakan bagian dari masyarakat maya. Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya ada yang bersifat sementara dan ada dalam waktu yang relatif lama dan menetap. Sifat dan interaksi sosial mereka ditentukan oleh kepentingan mereka dalam dunia maya. Interaksi sosial sementara , terjadi pada anggota masyarakat yang sepintas lalu ingin “jalan-jalan” dan hanya bermain didunia maya melalui browsing dan chatting, atau search misalnya untuk keperluan pencarian data tugas, data umum dan sebagainya. Interaksi sosial dan kehidupan kelompok yang berlangsung cukup lama antara sesama anggota masyarakat maya lainnya. Pengguna internet yang ini disebut netter yang setiap saat berada dalam dunia maya. Mereka bergaul, menyapa, bercinta, berbisnis, belajar dan bahkan berbuat kriminal dalam mayarakat maya, namun mereka tidak menetap di sana karena tidak memiliki rumah sebagai alamat mereka.

Saat dua orang berinteraksi, mereka melakukan sejumlah pertukaran dan terus melakukannya sampai biaya dari hubungan itu sendiri lebih besar dari manfaat yang didapat. Ambil contoh dari berpacaran. Pada setiap date, perbincangan, atau pertukaran lainnya, setiap orang terus melakukan kalkulasi apakah dia akan mendapatkan manfaat dari hubungan dengan biaya resiko serendah mungkin.

Kita sadari atau tidak, sejumlah pertukaran terjadi setiap kali kita berinteraksi lewat web. Dengan maraknya web jaringan sosial (friendster, hi5, tagged, facebook, dan lainnya); alat-alat kolaborasi; real-estate, biro jodoh, dan website pencari kerja, desain interaksi menjadi semakin kompleks dan semakin mengeratkan manusia.

Internet telah mengubah teori pertukaran sosial didukung oleh teknologi. Web 2.0 dan banyaknya aplikasi internet menyediakan sarana bagi para pengguna untuk melakukan interaksi sosial lewat web. Koneksi tak terputus, komunikasi langsung, dan sejumlah metode distribusi komputer yang dikombinasikan dengan hardware yang lebih cepat dan canggih telah meningkatkan pertukaran sosial pada internet.

Pertukaran antara dua pihak dalam sebuah hubungan berarti interaksi antara dua orang, teori pertukaran sosial juga memperhitungkan tambahan nilai perseorangan lewat aplikasi web. Secara lebih sederhanana, dalam hubungan antara manusia saat aplikasi web memiliki resiko yang lebih besar dari nilai yang didapat, maka si pengguna dapat meninggalkan hubungan itu. Dengan melihat pada sejumlah aplikasi web yang baru, kita dapat melihat bagaimana teori pertukaran sosial telah mengubah internet. Coba lihat facebook, sebuah media jaringan sosial. Menakjubkan sekali bagaimana pertukaran yang bisa didapatkan disana.

Aplikasi berbasis web akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, site yang mendukung teori pertukaran sosial akan bergeser dari bentuk internet yang statis menjadi interaktif dan dinamis, menawarkan nilai untuk para penggunanya.

Dalam sebuah hubungan apakah itu pertemanan dan persahabatan, kita meyakini jika dibalik itu ada faktor yang mendasari kedekatan dan hubungan tersebut. Menurut Robert S. Filedman, dalam bukunya yang berjudul “Sosial Psychology: Theories, Research and Application” setidaknya ada 5 faktor yang mendasari kedekatan antar dua orang yang membentuk sebuah hubungan, yakni sebagai berikut:

• Kesamaan
Kesamaan yang dimiliki merupakan faktor dasar yang membuat seseorang berinteraksi dengan calon temannya. Misalnya ada dua orang bertemu di suatu tempat, ketika memulai percakapan, ternyata diketahui dua orang tersebut memiliki asal yang sama, hobi yang sama dan kesukaan yang sama. Dan ini merupakan faktor fundamental yang memungkinkan mereka menggali kesamaan lainnya dan mulai berteman.

• Rasa Suka yang Timbal Balik
Maksudnya disini ialah, jika kita menyukai teman kita setidaknya teman kita itu membalas rasa suka kita. Dengan begini akan mengukuhkan sebuah pertemanan atau hubungan. Atau misalnya kita memberi atau berpartisipasi ketika teman kita kesusahan, dan teman kita itu pun membalas pemberian kita dengan mengucapkan terima kasih atau berganti memberi ketika kita berada dalam posisi kesulitan.

• Kualitas Positif
Kualitas positif ialah karakter positif yang dimiliki seseorang yang menjadi teman kita. Sebelum menjadi teman, biasanya kita akan melihat dulu siapa orang yang akan menjadi teman kita itu. seperti apa karakternya? Baik atau burukkah? Pintar atau bodohkah? Jika ia memiliki kelebihan, apa kelebihannya? Jika ia memiliki keburukkan, kira-kira apa? Biasanya seseorang cenderung memilih teman yang memiliki kualitas positif. Meski memang tidak harus sempurna kualitas positif yang dimiliki calon teman kita itu. sebab manusia memang tidak ada yang sempurna. Lagipula, jika terlalu sempurna kemungkinan besar tidak ada yang ingin berteman dengan orang yang terlalu sempurna. Sedikit kualitas negatif atau beberapa karakteristik yang kurang bagus bisa dimaklumi calon teman. Sebab adanya seorang teman ialah untuk saling melengkapi kekurangan bukan saling menyaingi kelebihan.

• Fisik yang Menarik dan Rasa Suka
Tidak dipungkiri, seperti kualitas positif tadi, jika seseorang memiliki fisik yang cukup menarik akan menjadikannya disukai banyak orang dan kemungkinan banyak yang ingin menjadi teman dan sahabatnya. Dan inilah salah satu faktor yang mendasari awal sebuah hubungan. Meskipun terkadang memang fisik menarik ini tidak terlalu menjadi jaminan pertemanan yang baik. Itulah kenapa hal ini ditempatkan menjadi faktor keempat. Sebab faktor yang paling mendasar dalam sebuah hubungan memang kesamaan yang dimiliki dua orang yang menjalin hubungan pertemanan.

• Penampilan Fisik dan Sikap Sosial
Faktor kelima ini pun hampir sama dengan faktor keempat. Lagi-lagi pandangan pertama memang modal kuat untuk menentukan rasa suka kepada calon teman. Penampilan seseorang yang menarik bisa jadi membuat kita suka pada pandangan pertama. Namun jika hal ini diikuti dengan sikap social (interaksi sosial) yang baik akan semakin menarik. Sebab jika ada seseorang yang cantik atau tampan dan memiliki penampilan menarik, namun ia adalah seorang yang tertutup dan asosial atau mungkin memiliki sikap yang kurang baik di masyarakat misalnya, tidak akan ada orang yang ingin menjadi temannya. Jikalau ada mungkin sedikit.

Menurut analisa penulis, ada beberapa hal yang menyebabkan ratusan juta orang tertarik untuk bergabung di facebook. Pertama, facebook membuka kotak pandora kenangan masa lalu para facebooker. Betapa tidak, melalui facebook, kita bisa bertemu kembali dengan kawan-kawan lama. Baik teman sekampung, saudara/keluarga yang nun jauh di sana ataupun teman-teman seangkatan di bangku SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi. Seolah kita sedang memutar jarum jam. Mengenang kembali memori-memori yang telah lalu, baik yang indah, lucu maupun menjengkelkan. Kita dapat mengenang kembali saat-saat bermain, kenangan lama bersama pacar cinta monyet di SMP, atau teman seperjuangan waktu masih terlibat di gerakan mahasiswa.

Ada yang bilang bahwa biasanya orang-orang yang senang membincang atau mengenang masa lalu adalah orang-orang yang tidak bahagia di masa sekarang ataupun tidak optimis menatap hari esok. Pernyataan ini mungkin ada benarnya, tapi bisa juga berarti orang yang senang membincang masa lalu sebagai tanda kesyukuran atas kehidupan yang sekarang. Mereka menganggap rangkaian mozaik-mozaik masa lalu itulah yang telah menyempurnakan keindahan mozaik hidupnya hari ini. Sekaligus merangkai masa lalu sebagai cermin untuk merangkai hari esok.

Kedua, facebook juga telah menjadi instrumen alternatif untuk merekatkan hubungan silaturahmi antar keluarga / sahabat yang mungkin kendor akibat padatnya aktivitas keseharian. Apalagi saat ini hampir semua perkantoran, baik lembaga pemerintah maupun swasta, memiliki akses internet. Seorang pegawai / karyawan bisa berkomunikasi dengan keluarga / sahabat di tempat lain sembari menyelesaikan pekerjaan kantornya. Facebook adalah jawaban atas individuasi masyarakat modern. Facebook seolah menjadi antitesis bahwa manusia modern juga tak dapat lepas dari takdirnya sebagai zoon politicon.

Ketiga, facebook juga bisa menjadi wadah untuk mencari teman baru, yang memiliki hobi ataupun pandangan hidup yang sama. Dalam form data diri yang disediakan oleh facebook, ada pertanyaan alasan bergabung. Disitu disediakan beberapa alternatif jawaban. Misalnya, alasan friendship (mencari teman), relationship (pacar), network (jaringan). Seolah facebook ingin menegaskan dan membenarkan teori David McClelland (1961) bahwa motivasi manusia didorong oleh 3 kebutuhan utama, yakni need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) , need for power (kebutuhan akan kekuasaan) dan need for affiliation (kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain). Facebook setidaknya merupakan jawaban atas need for affiliation. Disamping itu facebook juga menjadi instrumen pendukung bagi need for power (setidaknya digunakan sebagai alat kampanye gratis bagi para politisi). Dalam hubungannya dengan need for achievement, melalui jaringan facebook terjadai pertukaran informasi seputar literatur ataupun informasi beasiswa. Hal yang menarik terkait dengan relasi antara facebook dan need for power dapat dilihat dari fenomena kemenangan Barrack Obama, yang menurut sejumlah pengamat disebabkan oleh kemampuan beliau untuk memaksimalkan teknologi informasi termasuk memberdayakan para facebooker.

Fenomena terakhir adalah pemblokiran jaringan facebook jelang pilpres Iran. Menurut sumber kompas.com, alasan pemblokiran adalah karena para pendukung Hussein Mousavi (Capres dari kubu reformis) menggunakan situs jaringan sosial itu dengan lebih baik untuk menyebarluaskankan posisi Mousavi. Beliau memiliki 5.000 lebih pendukung yang bergabung dengan halaman facebook-nya, yang antara lain berisi kritik atas pemerintahan saat ini yang dianggap tidak menghargai warga Iran di seluruh dunia. Terlepas dari kontroversi dan alasan pemblokiran, setidaknya warga dunia semakin meyadari bahwa facebook adalah ruang sosialisasi politik yang cukup efektif.

Keempat, saya menukil teori piramida kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow. Maslow memperkenalkan lima jenis kebutuhan manusia secara berjenjang. Di tingkat yang paling dasar, ada physiological needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Kebutuhan di level selanjutnya adalah safety and security needs (keamanan dan keselamatan) adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman. Pada level ketiga, ada affiliation or acceptance needs adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok.

Level selanjutnya adalah esteem or status or egoistic needs (kebutuhan akan penghargaan diri), kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan dari orang lain. Di puncak piramida (level kelima), ada kebutuhan self actuallization, adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi yang luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Dari kelima jenis kebutuhan ini, tiga jenis kebutuhan teratas, yakni affiliation or acceptance needs (kebutuhan sosial/cinta), esteem or status or egoistic needs (kebutuhan akan penghargaan diri) dan self actuallization (aktualisasi diri) dapat diperoleh dengan menjadi warga facebook. Facebooker bisa menemukan rasa kasih sayang dan perhatian dari sesama facebooker. Facebook juga menyediakan beragam fasilitas untuk mengungkapkan perhatian dan rasa kasih sayang. Baik berupa ucapan dinding, ucapan selamat ulang tahun ataupun simbol-simbol ungkapan kasih sayang. Kebutuhan akan penghargaan juga bisa ditemukan lewat apresiasi atas buah pikiran yang kita lontarkan melalui Facebook.

Fenomena jejaring sosial seperti facebook ini sudah sangat meluas. Banyak dampak yang terjadi baik itu positif maupun negatif. Ini merupakan sesuatu yang wajar akibat adanya kemajuan teknologi. Seperti penelitian terbaru yang dirilis oleh Ohio State University menunjukkan bahwa mahasiswa yang menggunakan facebook menghabiskan lebih sedikit waktu untuk belajar dan mendapatkan nilai yang lebih kecil dibanding mahasiswa yang tidak menggunakan situs jejaring sosial populer tersebut. Meski begitu, pengguna facebook tersebut tidak mengakui masalah itu. Menurut laporan yang dirilis, 79% mahasiswa menyebutkan penggunaan situs jejaring sosial tersebut tidak pelajaran mereka.

Aryn Karpinski, salah satu penulis riset tersebut yang juga merupakan mahasiswa doktoral dari Ohio State University seperti VIVAnews kutip dari Computerworld, 14 April 2009 pernah menyebutkan bahwa dia tidak bisa menyebutkan bahwa facebook memiliki efek samping menurunnya nilai dan berkurangnya waktu belajar, tetapi dia menemukan adanya hubungan tersebut. Sebaliknya, klaim mahasiswa yang menyatakan bahwa penggunaan facebook tidak mempengaruhi pelajaran mereka terbukti tidak benar. Dari data penelitian menunjukkan bahwa mereka mendapatkan nilai yang lebih buruk dan waktu belajarnya berkurang karena facebook.

Dari laporan juga tercatat bahwa mereka yang menghabiskan waktunya di facebook merupakan calon system administrator dan chief information officer. Pasalnya, mahasiswa yang paling banyak menggunakan situs jejaring sosial tersebut adalah mahasiswa sains, teknologi, teknik, matematika, dan bisnis. Persentasenya lebih besar dibandingkan mereka yang mempelajari ilmu sosial dan humaniora. Survey dilakukan terhadap 219 mahasiswa Ohio State dan hanya menanyakan facebook, tidak fokus ke situs jejaring sosial lain seperti myspace atau twitter.

Penelitian yang dilakukan Ohio State University menemukan bahwa 85% mahasiswa tingkat sarjana menggunakan facebook, sementara 52% mahasiswa pascasarjana memiliki akun facebook. Terungkap juga bahwa pengguna facebook, yang biasa belajar antara 1 sampai 5 jam per minggu memiliki nilai rata-rata antara 3 sampai 3,5. Tetapi mahasiswa yang tidak menggunakan facebook, yang belajar 11 sampai 15 jam per minggu memiliki nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Karpinski menunjukkan bahwa penelitian tersebut tidak berarti menggunakan facebook otomatis menurunkan nilai sekolah.

Banyak faktor lain yang mempengaruhi, seperti kepribadian individu yang menghubungkan penggunaan facebook dan nilai yang rendah. Jika tidak karena facebook, beberapa mahasiswa akan menemukan cara lain untuk menghindari belajar dan akhirnya mendapatkan nilai kecil. Tetapi ada kemungkinan juga turunnya nilai bisa disebabkan mahasiswa menghabiskan terlalu banyak waktu bersosialisasi secara online.

Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University ini cenderung berdampak negatif. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan di Melbourne, Australia, bahwa facebook mendongkrak produktivitas karyawan. Bermain facebook di kantor ternyata dapat membuat Anda menjadi karyawan yang lebih produktif. Itulah hasil penelitian yang dilakukan di Australia, yang menyebutkan bermain facebook, twitter, multiply, atau jejaring sosial apa saja di internet saat jam kerja akan meningkatkan produktivitas.

Berita yang cukup mengejutkan ini dilansir Reuters dari hasil penelitian yang dilakukan University of Melbourne. Penelitian itu menunjukkan, karyawan yang menggunakan computer kantor untuk urusan pribadi, ternyata lebih produktif dibanding karyawan yang tidak melakukan hal itu. Brent Coker, salah satu peneliti dalam studi tersebut mengatakan, browsing internet untuk kesenangan pribadi saat bekerja mempertajam daya konsentrasi karyawan. Menurut peneliti dari Department of Management and Maketing University of Melbourne itu, otak manusia membutuhkan waktu rileks sejenak sebelum ia kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya. Setelah sempat beristirahat sebentar, otak menunjukkan performa yang lebih baik dibanding jika terus-terusan dipakai dan tidak pernah istirahat sama sekali. Penelitian ini melibatkan 300 karyawan sebagai responden, di mana 70 persen di antaranya sering curi-curi waktu bermain dengan komputer kantor. Hal yang mereka lakukan biasanya adalah berbelanja secara online, membaca berita di situs berita, menunjungi situs jejaring sosial seperti facebook, bermain online game, dan menonton video di YouTube.

Perusahaan sudah membuang jutaan dollar untuk peranti lunak yang dapat memblokir akses karyawan untuk menonton video, menggunakan situs jejaring sosial atau berbelanja online dengan anggapan bahwa hal tersebut akan membebani biaya produktivitas bernilai jutaan dollar. Namun adanya hasil penelitian ini bukan berarti karyawan langsung bebas merdeka berinternetan di kantor, karena hasil positif yang diungkapkan dalam penelitian ini hanya berlaku di karyawan yang bertangung jawab. Artinya, karyawan yang produktivitasnya tinggi tersebut memang hanya menggunakan 20 persen dari waktu kerjanya untuk berinternet ria. Sementara karyawan yang menggunakan lebih dari 20 persen jam kerjanya untuk senang-senang, tetap menunjukkan angka produktivitas yang rendah.

Sebagaimana sebuah media teknologi pasti facebook memiliki kekuatan dari segi kecepatan, keluasan dan kedalaman yang membantu terjadinya proses interaksi. Namun, facebook memiliki keterbatasan dari aspek "human-touch." Selain itu dalam facebook dapat terjadi manipulasi terhadap interaksi sehingga akan menimbulkan bias dalam proses relasi seseorang. Bisa dapat pula terjadi dalam proses komunikasi dan hal ini akan memberikan dampak negatif dalam hubungan sosial seseorang.

Menurut penulis, beberapa tips agar proses interaksi dalam facebook dapat memiliki nilai positif dalam hubungan sosial yaitu menampilkan informasi yang jujur, bertindak proporsional dan memahami latar belakang setiap mitra interaksi, batasi untuk menampilkan hal-hal yang bersifat private dalam ruang terbuka, tidak mengintervensi relasi orang lain tanpa diminta oleh yang bersangkutan, tidak merespon secara negatif hal-hal yang dirasakan kurang berkenan. Kajian tentang facebook masih memerlukan sejumlah penelitian yang mendalam untuk dapat memposisikan facebook sebagai stimulator yang bermanfaat dalam mendorong hubungan sosial secara sehat.

Perkembangan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi kehidupan sosial manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial yang terjadi diantara mereka lama-kelamaan membutuhkan sebuah teknologi yang makin lama makin pesat perkembangannya. Cara berinteraksi antar sesama manusia melalui komunikasi mengalami peningkatan dalam bentuk maupun caranya. Mulai dari era surat-menyurat, kemudian berkembang dengan menggunakan fasilitas telepon selular atau handphone dengan fitur SMS-nya hingga era internet dimana komunikasi sekarang ini tidak ada batasan ruang dan waktu.

Perubahan sosial dalam cybercommunity, memiliki dampak-dampak budaya yang sangat luas dan tajam, karena selain sifat perubahannya yang mengglobal, perubahan sosial ini berlangsung dengan amat cepat, sehingga banyak mengakibatkan efek ganda terhadap perubahan perilaku pada masyarakat maya dan masyarakat nyata serta menyebabkan gesekan-gesekan sosial yang tajam di dalam kedua belahan masyarakat tersebut.
Fenomena kemunculan situs-situs jejaring sosial semacam facebook memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial antara sesama manusia dalam berkomunikasi. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari situs jejaring sosial semacam facebook , mulai dari bertemu teman lama, memperoleh teman baru, peluang promosi dalam bisnis hingga berkomunikasi secara online. Namun perlu dipertimbangkan pula dampak negatif yang didapat dikarenakan pemakaiannya yang berlebihan atau kurang bertanggung jawab. Bagaimanapun juga sebuah teknologi adalah fasilitas yang dapat digunakan bagi penggunanya, entah itu memberikan keuntungan atau kerugian tergantung bagaimana cara pemanfaatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baran, Stanley J. & Davis, Dennis K. 2002, “Mass Communication Theory: Foundation Ferment and Future”, Belmont, California; Wadsworth.

blog.apung.web.id

Community, Ebizsoft, 2009 : “Facebook Business”, Jogjakarta, PT. Sakti.

Filedman, Robert S. , “Sosial Psychology: Theories, Research and Application”.

Gurevitch, Michael, Tony Bennett, James Curran & Janet Woollacott (ed.) 1982: “Budaya, Masyarakat dan Media”. London: Methuen.

George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2007: “Teori Sosiologi Modern”. Jakarta: Kencana.

Gunadhie, I Made, dan Lirva, 2009 : “The Magic of Facebook”, Denpasar, Retro Publishing.

Hendroyono, Tony, 2009 : “Facebook, Situs Social Networking Bernilai 15 Milliar Dollar”, Jogjakarta, PT. Bentang Pustaka.

Herman, E.S. dan McChesney, R.W., 1997: “The Global Media: The New Missionaries of Corporate Capitalism”, Casell.

Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1984. “Sociology”. Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://okezone.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Web_3.0
http://en.wikipedia.org/wiki/Semantic_Web
http://id.wikipedia.org/wiki/Web_3.0
http://www.javajazzup.com/issue3/page59.shtml
http://www.pcmag.com/article2/0,2704,2102857,00.asp
http://www.technologyreview.com/Infotech/18306/page1/?a=f
http://www.ristek.go.id

KJ Veeger. 1985. “Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu – Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi”. Jakarta: Gramedia. Hlm 224 – 226.

Kuntoro, Paulus dan Sigit, Cristianus, 2009 : “Mau Gaul? Mau Sukses? Pakai Facebook”, Jogjakarta, CV. Andi Offset

M. Francis Abraham. 1982. “Modern Sociological Theory (An Introduction)”. Oxford: Oxford University Press. Chapter 8. Simbolic Interacsionism.

Rivers, William, 2008 : “Media Massa dan Masyarakat Modern”, Jakarta, Kencana.

Ryadi Soeprapto,. 2000. “Interaksionisme Simbolik, Perspektiof Sosiologi Modern”. Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Ridwan, 2009 : “Creative Facebook for Business”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.

Schiller, Herbert I. 1976, “Communication and Cultural Domination”, New York, International Arts and Science Press.

Severin, Tankard, 2005 : “Teori Komunikasi”, Jakarta, Kencana

Sudibyo, Agus, 2004 : “Ekonomi Politik Media Penyiaran”, Yogyakarta, LKIS

Toejoeh, Suke dan Wahyudi Bharata, Jimmy, 2009 : “One Stop for All Facebook”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo

Web 3.0, “Sebuah Bukti Inovasi Tiada Henti”, dwinita BeritaNET.com, 16 Oktober, 2007

Yuhefizar, 2009 : “Berteman dan Berbisnis Lewat Facebook”, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo

Zaenal, Ali, 2009 : “Add Me on Facebook”, Jakarta, Gagas Media.

facebook : Sebuah Bentuk Interaksi Sosial yang Baru (bag 01)



Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Mereka selalu berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Wujud interaksi yang dilakukan sangatlah beragam, dan yang paling dominan adalah komunikasi. Komunikasi yang terjadi bisa secara perorangan maupun berkelompok.

Namun karena belum adanya teknologi komunikasi seperti sekarang ini, biasanya jarak menjadi kendala utama dalam berkomunikasi. Ketika teman atau kerabat tinggal berjauhan, mereka tetap menjalin komunikasi meski harus mengeluarkan sedikit biaya. Dulu, menulis surat menjadi pilihan utama dalam menjalin komunikasi dengan teman atau kerabat yang jauh. Selain murah, setiap orang bisa melakukannya dengan mudah asalkan bisa membaca dan menulis. Namun dengan menggunakan media surat tersebut, komunikasi yang terjalin tidak secara langsung. Terkadang perlu berhari-hari untuk bisa mendapatkan balasan surat dari teman atau kerabat yang kita kirimi surat. Belum lagi kalau lokasinya di daerah terpencil. Bisa berminggu-minggu kita menunggu kabar.
Kemudian berkembanglah era komunikasi dengan menggunakan pesawat telepon. Komunikasi dengan media ini dapat terjadi secara langsung. Kita bisa berbicara dengan teman atau kerabat yang jauh pada saat yang bersamaan, tanpa perlu menunggu selama berhari-hari atau berminggu-minggu layaknya surat. Namun media ini membutuhkan biaya yang relative lebih besar. Sambungan langsung jarak jauh memerlukan biaya yang relatif mahal, tergantung dari jarak atau lokasi teman atau kerabat tinggal. Semakin jauh jarak antar lokasi, semakin mahal pula biayanya.

Sekitar tahun 1990-an, telepon selular atau handphone mulai dikenal oleh masyarakat. Komunikasi melalui media ini layaknya menggunakan media telepon biasanya. Komunikasi masih memerlukan biaya yang masih cukup menguras kantong. Namun kelebihan handphone adalah mobilitasnya yang tinggi. Kita bisa berkomunikasi setiap saat dimanapun kita berada tanpa batas ruang dan waktu. Belum lagi kelebihan yang lain seperti adanya fitur Short Message Service (SMS), makin mempermudah dalam berkomunikasi dengan biaya yang lebih murah. Dengan fitur SMS ini, maka media komunikasi dengan menggunakan surat pun mulai ditinggalkan.

Sebelum ada handphone, pada hari raya tertentu seperti Idul Fitri, Hari Raya Natal dan Tahun Baru, toko-toko yang menjual berbagai macam kartu Lebaran dan Natal selalu dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk memilih kartu untuk dikirimkan ke sanak saudara, relasi, dan sahabat. Fenomena seperti ini sudah tidak bisa kita jumpai lagi di toko-toko kartu menjelang hari raya dan hari-hari spesial lainnya. Masyarakat memilih menggunakan SMS untuk memberikan ucapan selamat, karena SMS dinilai lebih praktis, simple, langsung sampai, dan juga murah. Begitu juga undangan untuk menghadiri suatu pertemuan atau rapat, biasanya menggunakan secarik kertas yang diedarkan, tetapi sekarang dengan alasan kepraktisan beberapa instansi mulai menggunakan SMS. Contoh-contoh diatas jelas menggambarkan berkurangnya tali silaturahmi karena adanya teknologi komunikasi.
Seiring dengan makin menjamurnya para penyedia layanan telepon selular atau istilahnya provider, hal ini menyebabkan persaingan yang sehat dalam menyediakan layanan komunikasi bagi masyarakat. Mereka saling berkompetisi untuk memberi layanan yang terbaik dan tentunya termurah. Hal ini makin menguntungkan bagi masyarakat karena biaya komunikasi makin murah bahkan bisa gratis, tapi tentunya dengan “syarat dan ketentuan yang berlaku”.
Beberapa tahun terakhir ini suatu tren baru mulai berkembang pada orang-orang yang meluangkan waktu mereka untuk online ke jaringan internet. Komputer dengan teknologi internet tidak lagi menjadi sesuatu yang mengisolasi seseorang dari dunia luar dan menjadikan penggunanya seorang introvet, tetapi justru membuat orang-orang yang tadinya tidak saling kenal bisa menjalin hubungan di antara mereka. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya fasilitas internet yang digunakan.

Bagaimanapun juga bangsa Indonesia kini berada dalam abad informasi dimana setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjalin pergaulan secara luas baik nasional maupun internasional. Masyarakat akan semakin pandai menggunakan internet dalam jumlah yang besar. Pemasangan hot spot Wi-Fi (wireless fidelity) di sejumlah tempat terbuka seperti taman-taman kota, tempat-tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan, terminal bis, pusat-pusat perbelanjan modern dan tempat-tempat wisata lainnya akan semakin memudahkan masyarakat untuk beraktifitas secara lebih leluasa dalam satu waktu yang bersamaan.

Berwisata sambil berkirim e-mail, menyantap makanan sambil mengerjakan tugas kantor, duduk di kendaraan sambil chatting dengan kolega dan sebagainya adalah contoh-contoh aktifitas yang sering dijumpai di tengah masyarakat, khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Pendeknya, aktifitas apapun yang dilakukan tidak akan mengganggu pekerjaan inti di kantor. Model kerja dinamis seperti ini sedang menjadi tren di tengah masyarakat dimana mobilitas kaum profesional, pebisnis, pendidik termasuk juga para mahasiswa semakin tinggi. Bekerja secara paralel mungkin itu istilah yang paling tepat bagi anggota masyarakat di berbagai kota besar di Indonesia. Coba saja kita perhatikan, mulai dari sekadar mengakses informasi biasa hingga melakukan berbagai jenis transaksi bisnis sudah dapat dilakukan via internet termasuk di dunia pendidikan, perbankan, ketenaga kerjaan dan sebagainya. Internet yang multifungsi ini perlahan tapi pasti berusaha mengubah perilaku atau budaya sebagian besar warga kota dari pola-pola layanan konvensional menjadi layanan yang serba digital dan instant. Dengan kelebihannya itu pula, internet diprediksikan akan semakin diminati masyarakat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi.

Beberapa gambaran fakta di atas menunjukkan bahwa ke depan nanti sebagian besar masyarakat kota akan semakin bergantung pada internet untuk menjalani berbagai aktifitasnya. Tolok ukurnya adalah kebutuhan masyarakat terhadap suatu pelayanan informasi dan komunikasi digital yang serba cepat, efisien dan efektif. Pola kerja dinamis seperti ini tidak sekedar menunjukkan gaya hidup orang modern tetapi sudah menjadi kebutuhan semua orang. Hal ini mirip seperti komunikasi ponsel dimana hampir semua kelas sosial masyarakat menggunakannya. Oleh karena itu, internet akan menjadi jendela dunia bagi masyarakat dalam suatu kawasan atau kota untuk saling bertukar informasi dan berkomunikasi dalam segala hal.

Sebelum adanya teknologi ini, orang-orang di sekitar hanyalah mereka yang
secara fisik tinggal di sekitar kita. Adanya telepon memungkinkan kita berinteraksi dengan orang-orang yang jauh dari kita. Demikianlah pula internet telah menghubungkan kita dengan komunitas masyarakat yang tadinya tidak saling kenal. Kemajuan teknologi komunikasi Internet memungkinkan kita untuk tetap menjaga hubungan dengan teman atau saudara yang berada jauh dari kita secara lebih mudah, cepat serta murah. E-mail adalah salah satu contoh teknologi tersebut.

Demikianlah internet telah mengubah konsep sosialisasi manusia. Jika zaman dulu konsep interaksi sosial manusia adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang yang bertatap muka secara langsung, kini konsep tersebut semakin diperluas dan tidak hanya terbatas oleh ruang dan waktu.

Beberapa waktu yang lalu orang berpendapat bahwa orang yang menguasai ilmu pengetahuan adalah orang yang memiliki kekuasaan, tetapi sekarang pendapat tersebut sedikit berubah karena orang yang dianggap memiliki kekuasaan adalah orang yang menguasai informasi. Politik juga merupakan masalah kekuasaan, sehingga sumber informasi bisa menjadi alat politik yang efektif.

Teknologi internet dapat dianalogikan sebagai suatu jalan raya informasi bebas hambatan, siapapun yang terkoneksi dengan jaringan ini bisa mencari dan memberikan informasi mengenai apapun. Hal ini membawa dampak pula dalam aspek kehidupan politik. Dalam waktu singkat peristiwa demonstrasi berdarah yang terjadi di Tiananmen Square di Beijing tersebar dan dibicarakan banyak orang di seluruh dunia, apalagi berita penyerangan Amerika Serikat terhadap Irak semuanya dapat dilihat dengan jelas. Oleh sebab itu internet dapat digunakan untuk memajukan demokrasi karena tidak ada hal yang dapat disembunyikan dan siapapun memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapat mereka. Tetapi sebaliknya internet dapat juga dipakai untuk membentuk opini publik dengan menyebarkan informasi tertentu demi mencapai tujuan politik entah yang sifatnya baik maupun jahat yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok.

Manusia adalah mahluk sosial. Karakter ini ternyata tetap muncul dalam dunia teknologi informasi khususnya internet. Seperti yang telah kita ketahui internet telah merubah cara orang-orang untuk berinteraksi, bekerja dan berkomunikasi. Perbedaan budaya, letak geografis dan jarak ternyata tidak membuat intensitas serta kualitas interaksi menjadi berkurang. Saat awal-awal berkembangnya teknologi internet, e-mail merupakan teknologi yang dirasakan sangat signifikan merubah cara orang-orang untuk berkorespondensi dan berinteraksi. Sekarang ini telah muncul suatu fenomena dalam perkembangan teknologi internet yang cukup menarik, yaitu situs jejaring sosial (social networking web). Situs jejaring sosial marak bermunculan beberapa tahun belakangan ini.

Dengan situs web tersebut kita dapat bergabung dengan komunitas pengguna situs tersebut. Mungkin sebagian besar pengguna komunitas yang kita kunjungi adalah rekan-rekan kita atau bisa jadi teman baru yang kita kenal di dunia “maya”. Ibaratnya bagaikan suatu ruangan yang sangat luas di “dunia internet”, tempat berkumpul banyak orang yang sudah kita kenal atau barangkali ingin kita kenal. Kita juga bisa “mengundang” orang-orang yang kita kenal tapi belum tergabung dengan komunitas jejaring sosial tersebut untuk ikut bergabung. Selanjutnya dalam komunitas jejaring sosial kita bias bertukar informasi, berkomunikasi secara virtual,membentuk sub-sub komunitas berdasarkan kesamaan suatu hal. Banyak lagi kegiatan interaksi yang bisa dilakukan tergantung fasilitas yang disediakan masing-masing situs.

Pada awalnya situs-situs jejaring sosial isinya lebih banyak terkait hal-hal yang sifatnya “fun” dan nostalgia ria tapi selanjutnya terjadi perkembangan yang mengarah ke arah profesionalisme. Dari sekedar komunitas biasa / pertemanan, lalu bertransformasi menjadi tempat untuk melakukan kontak bisnis atau komunitas yang lebih serius. Para pengguna mulai memanfaatkan situs-situs jejaring sosial sebagai alat yang mendukung profesi ataupun wirausaha. Info kontak person dapat membantu menemukan beragam rute dan informasi menuju jenis perusahaan yang diinginkan ataupun peluang bisnis baru. Para pengguna situs jejaring sosial pun mulai bergeser, tidak hanya didominasi oleh generasi muda atau remaja, golongan tua pun sudah mulai melirik situs jejaring sosial sebagai tempat favorit bersosialisasi. Beberapa situs-situs jejaring sosial yang dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan daftar kontak di dunia cyber seperti linkedin, doostang, myspace, friendster, hi5, twitter, plurk, multiply atau yang paling popular saat ini, yakni facebook.

Kamis, 18 Juni 2009

Balada Rumah Biru, Schedule 13 - Adidas Freak!

Aku sebenarnya tidak tahu secara pasti, kapan aku mulai tergila-gila sama brand yang satu ini. Pokoknya segala macam yang berhubungan dengan merk dari Jerman yang identik dengan tiga garis ini selalu aku cari. Mulai dari poster, wallpapers, sepatu, jaket, kaos, topi, deker pergelangan tangan, jam tangan, jam dinding, mungkin kalo ada underwear, kubeli deh. Pokoknya semuanya yang ada gambar logo segitiga atau tiga daun, sikaaaaat. Nggak peduli itu barang bekas, yang penting orisinil. Ketahuan deh sering mangkal di pasar loak nih......!

Sekedar info aja, .... aku baca dari internet nih, Adidas didirikan di Herzogenaurach, Jerman di tahun 1920 oleh dua bersaudara Adolf (Adi) Dassler dan Rudolph Dassler, pada awalnya perusahaan ini hanya memproduksi selop. Pada suatu hari di tahun 1925, Adi berhasil merancang sepasang sepatu olahraga, dan sejak itu usaha perbaikan dan pengembangan dalam bidang sepatu pun terus dilakukan. Setelah berbagai inovasi yang mereka lakukan, pada tahun 1927-an, Adidas sudah berhasil merancang sepatu khusus untuk berbagai keperluan olahraga, dan pada 1928 mereka memberikan sepatu mereka secara gratis kepada atlet-atlet yang berpartisipasi pada Olimpiade Amsterdam. Didukung oleh kemajuan bidang penyiaran dan pertelevisian, Adidas menikmati keuntungan dari event olahraga seperti Olimpiade atau sepakbola, karena logo 3 strip mereka mudah dikenali dari jauh. Walaupun berbagai kemajuan yang diraih, pada 1948 konflik antara Dassler bersaudara berakibat pada pecahnya perusahaan mereka. Adi Dassler menjalankan sendiri perusahaan, mengambil nama kecilnya “Adi” dan mengkombinasikannya dengan potongan nama belakangnya sehingga menjadi “Adidas”, ia pun mendaftarkan logo 3 strip sebagai trademark dari Adidas. Sedangkan saudaranya Rudolph berpindah ke bagian lain dari kota itu dan mendirikan perusahaan olahraga miliknya sendiri, Puma.

Penggunaan logo Adidas sendiri baru dipergunakan pada sekitar tahun 1948, pada saat dua bersaudara Dassler tersebut berpisah. Secara visual, logo Adidas hanya berupa huruf Adidas, dengan nama Adolf Dassler diatasnya serta ilustrasi sepatu ditengahnya. Dengan merk ini, sepatu buatan Adi Dassler mencapai titik kesuksesannya, dengan diakuinya merk sepatu Adidas diajang pesta olahraga dunia seperti Olimpiade Helsinki, Melbourne, Roma dan lainnya. Serta saat itu tim sepakbola Jerman menjadi juara dunia sepakbola dengan menggunakan sepatu Adidas.

Pada tahun 1972, logo Adidas mengalami perubahan yakni dengan menggunakan konsep “Trefoil Logo”, yaitu logo dengan visual tiga daun terangkai. Konsep tiga daun ini memiliki makna simbolisasi dari semangat Olimpiade yang menghubungkan pada 3 benua. Sejak saat itulah Adidas menjadi sepatu resmi yang dipergunakan pada even Olimpiade di seluruh dunia. Akhirnya setelah bertahun-tahun berjaya dan mengalami liku-liku perkembangan usaha, pada tahun 1996, Adidas mengalami modernisasi dengan menerapkan konsep 'We knew then - we know now' yang kurang lebih menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan hingga kini. Adapun logo baru yang digunakan secara visual berupa tiga balok miring yang membentuk tanjakan yang menggambarkan kekuatan, daya tahan serta masa depan. Sejak saat itu logo Adidas tidak pernah mengalami perubahan, serta masih berjaya hingga saat ini.

Pada tahun 1971 Muhammad Ali dan Joe Frazier yang menjadi icon olahraga tinju pada saat itu, sudah pake produk Adidas. Pada Olimpiade Munich 1972, 1.164 dari 1.490 atlet internasional menggunakan Adidas. Sehingga pada tahun 70-an, Adidas mencapai masa jayanya.
Setelah krisis pada awal 80-an, terutama karena berjayanya Nike di pasar internasional, Adidas berhasil mengembalikan pamornya pada tahun 1986 ketika Run D.M.C, sebuah grup rap dari New York, membuat lagu yang berjudul “My Adidas”, dan sekaligus mempopulerkan sepatu adidas yang mereka pake tanpa menggunakan tali. Hal tersebut menjadi gaya tersendiri yang banyak ditiru oleh fans-fans mereka.

Pada dekade 90-an terutama di AS dan Eropa berkembang pikiran kalo generasi muda cenderung menghindari apapun yang orang tua mereka pake, termasuk urusan sepatu. Mereka menghindari pemakaian Nike dan Reebok, yang dulu dipake oleh orang tua mereka. Sehingga barang-barang produksi Adidas (sepatu, jaket, dsb) yang sudah berumur 20 tahun-pun mendadak jadi barang koleksi yang mahal harganya dan dicari-cari oleh banyak orang (coba deh liat-liat barang adidas vintage di ebay). Hal ini pun dimanfaatin oleh Adidas untuk memproduksi dan mengeluarkan kembali (re-issue) beberapa model sepatu populernya (seperti adidas rom, rekord, athen, dublin, dll). Hal ini mengangkat status Adidas itu sendiri, dari sekedar produk olahraga menjadi semacam lambang gaya hidup yang baru. Nah, sekarang udah pada tahu kan sejarahnya Adidas?

Kembali ke laptop! Ya ... lagi-lagi Mas Tukul nongol! Pernah suatu hari, saat jam istirahat kantor, aku ijin sama Bos dengan alasan mo transfer ke bank. Padahal saat itu, aku mo pergi ke pasar loak .... ya mirip-mirip sama Cimol di Bandung lah. Nama tempatnya adalah Pasar Klithikan Notoharjo. Aku mo hunting jaket Adidas kegemaranku. Kalo mo beli yang baru, masih sayang duitnya, soalnya sampe ratusan ribu. Jadi mendingan beli bekas nggak papa asal barangnya masih bagus. Makanya kalo pas milih-milih barang harus teliti supaya dapat yang sesuai keinginan dan yang pasti murah harganya.

Sampe di sana, suasana pasar sudah ramai. Rupanya banyak orang nyari barang bekas juga. Maklum jaman baru susah. Aku pun segera bergegas menuju ke salah satu kios pakaian yang ada di salah satu sudut pasar, soalnya waktu istirahat kan cuma dijatah satu jam, jadi aku mesti buru- buru. Si Mas yang punya kios langsung tersenyum ramah begitu melihatku.

“Cari jaket, Mas?”

“Iya, nih. Ada barang yang bagus nggak?”

“Jangan kuatir, Mas. Barangnya baru kemarin datang. Macamnya banyak. Tinggal pilih aja. Tuh udah tak gantungin di atas semua.”

“Yang merk Adidas punya?”

“Wah, kalo merk itu baru susah banget dapatnya. Barang sekarang baru sulit. Cuaca baru memburuk jadi kirimannya tersendat. Merk lain mau, Mas?”

”Nggak, aku hanya cari Adidas kok.”

“Kalo begitu, sebentar tak carikan dulu, Mas.”
Si Mas penjual berlalu meninggalkanku.

Aku pun menyapu pandanganku ke deretan jaket yang ada di depanku. Di situ hanya terpajang merk Umbro, Puma, Hummel, Nike, Reebok dan Fila. Kok nggak ada merk Adidas ya barang sebijipun, batinku.

Tak lama kemudian, si Mas penjual pun datang sambil membawa sebuah jaket.
“Mas, kalo Adidas adanya cuma yang ini. Baru kosong. Gimana, Mas mau ambil?”

“Yaah, kok nggak ada tiga garisnya sih. Masak polosan gini.” Kalo adidas tanpa tiga garis, ibarat es teh nggak pake gula, hambaaar!

“Kan nggak semuanya mesti pake tiga garis, Mas. Yang pentingkan ada logonya Adidas.”

“Tapi aku maunya yang ada tiga garisnya. Mas gimana sih?”

“Lho, kalo nggak ada barangnya mau gimana lagi? Silahkan Mas cari sendiri sampe keliling ke semua kios di sini. Kalo kosong ya tetep nggak ada, Mas.” Si Mas penjual mulai sewot.

“Kalo yang polos gini berapa harganya?”

“Murah, Mas. Tak kasih 45 ribu aja.”

“Yaah, masih kemahalan. Segitu harusnya udah dapet yang ada tiga garisnya. Mas. Ini kan polos. Cuma logo aja.”

“Mas mo tawar berapa?”

“Kalo 20 ribu gimana, Mas?”

“Belum dapat tuh, Mas. Tambahin lagi, ya.”

“Segitu aja, kan polos jaket Adidasnya.”

”Mmmmh, gini aja deh, Mas. Dari tadi Mas cuma mempermasalahkan polos-polos aja. Udah, sekarang tak kasih harga pas aja 35 ribu. Entar tak kasih bonus tiga garis tapi pake spidol. Mau nggak?” si Mas penjual naik pitam.

Aku tidak bisa berkata-kata apa, hanya berlalu pergi meninggalkan penjual itu yang langsung mengirimiku sumpah serapah. Kasian, tuh. Udah capek-capek nyariiin, kagak jadi beli dah! Sory, Mas.

Dalam kerjaan pun, kefanatikanku pada brand asal Jerman ini udah mencapai tahap akut. Ibarat kanker udah stadium tiga kali. Saking tergila-gilanya, tapi nggak sampe masuk RS Jiwa sih, dalam mendesain bangunan pun, unsur-unsur tiga garis selalu kutampilkan dalam desainku. Bisa dalam bentuk ornamen pada dinding, jumlah teralis jendela, motif ralling tangga atau balkon, desain pintu jendela, motif pavement dan seterusnya. Bahkan pas menggambar perspektif dengan sketsa tangan, selalu menampilkan model orang dengan memakai kemeja model adidas lengkap dengan tiga garisnya. Diih, emang dibayar berapa sih sampe segitu cintanya ama Adidas.

Jumat, 12 Juni 2009

Balada Rumah Biru, Schedule 12 - Bos versus Tikus Kantor

Hujan lebat mengguyur kota Solo sore ini. Ditambah bunyi halilintar saling bersautan disertai tiupan angin kencang yang menyamai badai Catrina di Amrik sana. Suasana kantor masih sangat sibuk. Teman-teman masih berkutat dengan tugasnya masing-masing. Prast masih mengerjakan proses rendering 3D proyek pasar Tuban. Zaini terlihat mengutak-utik angka-angka perhitungan rencana anggaran belanja bersama Hadi. Dika tangannya tak berhenti-henti menggerakkan tombol roda pada mouse untuk men -zoom in dan zoom out layar autoCAD di depannya. Kurang kerjaan banget tuh anak. Alung tampak mangut-manggut memandangi hasil rancangan gapura yang baru kelar sejak jam sembilan pagi tadi. Dan aku sendiri sibuk mencari pemain gelandang serang di game Championship Manager … hehehe.

Tanpa disadari, perutku mulai keroncongan. Didukung dengan suasana sore yang dingin menusuk tulang karena hujan di luar, perutku makin tak mau kompromi.
“Gila, laper banget nih,” seruku.

“Iya, hujan-hujan gini enaknya makan gorengan sambil minum teh anget, duh, ... serasa sorga dunia deh,” timpal Alung yang masih mangut-manggut memandangi layar monitor.

“Biasanya sore gini Mbak Inah bawain gorengan hasil masakannya, tumben nih telat,” kata Prast.

“Mungkin masih belum matang,” tambahku.

“Tuh, bunyi gorengannya saja masih terdengar. Sabar, teman-teman,” kata Hadi sok bijak.

Seperti yang Hadi bilang, suara gorengan yang berada di dalam minyak panas terdengar samar-samar masuk memenuhi ruangan studio. Mbak Inah rupanya masih memasak sesuatu di bawah sana. Semoga saja kami yang kelaparan dapat jatah juga.

“Buuuusyett, apaan tuh?” tiba-tiba Zaini menjerit kencang.

Kami semua sontak terkejut.

“Eh, ada apaan sih sampe teriak gitu,” protes Alung karena lamunannya saat sedang meresmikan gapura hasil rancangannya buyar.

“Tau tuh, tadi ada sesuatu yang lewat di kakiku,” jawab Zaini.

“Emang apa? Ular? Kadal? Kudanil?” tanya Alung masih sewot.

“Sekalian aja Raptor, Brontosaurus, T-Rex,” ejekku.

Sebuah buku langsung melayang ke arahku. Untung aku sempat berkelit hingga Prast yang jadi korban.
“Lung, apaan sih main lempar-lempar. Sakit tau!” bentak Prast.

“Eh, sory, Mas. Nggak sengaja. Tadi niatnya sih mau nimpuk Mas Isma. Sory deh kalo kamu yang kena,” jawab Alung tanpa dosa.

“Ngomong-ngomong, Zan, apaan sih yang lewat dikakimu?” tanya Hadi.

“Tau! Tikus kali,” jawab Zaini.

Akhir-akhir ini memang banyak sekali tikus yang berkeliaran di dalam studio. Hewan pengerat itu sering kali menggigit kabel-kabel yang berserakan di bawah dengan cueknya. Nggak takut kesetrum kali ya.....

Pernah suatu hari, aku hendak mencetak dokumen yang hendak di bawa Bos ke tempat meeting dengan kliennya dari Jakarta. Saat dokumen telah siap cetak, tiba-tiba mesin printer mati mendadak. Aku langsung memeriksanya segera karena dokumen ini telah ditunggu Bos di bawah. Hampir seperempat jam aku cek, printer masih nggak bisa menyala. Keringat dingin langsung mengucur deras di keningku.

“Isma, dokumennya sudah kelar belum? Buruan, sudah jam 2 siang nih!” teriak Bos tiba-tiba dari lantai bawah.

“Eh...sebentar lagi, Pak. Sekarang baru proses mencetak!” jawabku segera.
Padahal satu lembar pun belum dicetak dengan suksesnya. Makin grogilah aku.

“Kenapa printernya, Is?” tanya Prast.

“Tau tuh, tiba-tiba mati.”

“Coba cek aja kabel powernya di bawah sana, siapa tahu nggak pas nancepnya.”

Segera kuturuti saran Prast. Setelah kuruntut kabel yang berserakan tak teratur, akhirnya kutemukan penyebabnya. Kabel power yang berwarna hitam legam tampak terkoyak hingga hampir putus. Perbuatan siapa lagi kalo bukan tikus-tikus sialan itu penyebabnya. Gimana nih dokumennya? Aku pun mulai panik.

“Sialan, kabelnya putus digigit tikus,” kataku geram.

“Waduh, gimana donk dokumennya? Bos udah nungguin tuh di bawah.”

Setelah beberapa menit, Bos tampaknya sudah nggak sabar menunggu.
Teriakannya kembali bergema sampe ke ruang studio.
“Isma, lama banget sih nyetaknya. Cepeetaaaan!!!”

“ Eh,..... iya, Pak. Ini udah kelar. Saya segera datang.”
Nggak tahu apa kalo printernya ngadat.

Segera aku turun ke bawah sambil membawa beberapa lembar dokumen yang hendak di bawa Bos. Sampe di depan Pak Achmad, sambil terengah-engah segera kuserahkan dokumen yang dimintanya.

“ Ini, Pak. Dokumennya.”

Bosku segera menerimanya dan seketika dia terperanjak.
“Lho, apaan ini. Kok dokumennya penuh coretan di sana-sini?”

“O.... itu bukan corat-coret, Pak. Memangnya font yang saya pilih modelnya begitu. Nama font-nya Hawaian Grafity, Pak,” jawabku sekenanya.
Padahal tadi dokumennya kusalin pake tulisan tangan terus aku fotokopi. Jadi arsitek memang harus kreatif. Hehehe ...

Kembali ke soal tikus, binatang satu ini memang menyebalkan. Mereka seolah tidak takut dengan keberadaan kami di sini. Bahkan kesannya malah menantang. Mereka sangat cuek. Diusir malah balik ngusir, dipukul pake penggaris, eh... malah nangkis. Busyet, tikusnya ban hitam kali...

Pernah sekali ada tikus yang tiba-tiba nakring di atas keyboard punya Alung. Alung kaget setengah mati sampe mau terjengkang dari kursi. Tikus itu malah berjalan ke sana kemari di atas tuts-tuts keyboard. Seketika Alung melemparinya dengan penggaris. Tikus itu pun segera ambil langkah seribu menghindar timpukan Alung.

Namun ketika Alung memperhatikan MS Word di monitornya, tampak deretan tulisan dengan huruf kapital font arial 14, di - bold pula yang berbunyi. “HEY, GENDUT, KEJARLAH DAKU, KAN KUGIGIT PANTATMU.” Hehehe. Pintar ngetik juga tikus satu itu ....

Setelah celingukan kesana kemari, kami tidak menemukan tikus yang merayap di kaki Zaini. Mungkin sudah pergi dipanggil emaknya mo mandi sore kali. Akhirnya kami kembali berkutat dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku kembali sibuk memainkan Championship Manager. Kok malah main game sih padahal yang lain kerja dengan benar. Biarin aja, kan kerjaanku udah kelar tinggal nungguin proses cetak aja.

Tak lama kemudian saat-saat yang dinantikan tiba. Terdengar langkah kaki menaiki tangga menuju ke studio. Aroma gorengan sudah mulai tercium. Kami blingsatan segera beranjak dari kursi masing-masing seperti layaknya ibu-ibu hendak berebut jatah beras untuk orang miskin. Segitunya …

Mbak Inah pun muncul sambil membawakan kami senampan pisang goreng hangat. Asap masih terlihat mengepul dari makanan itu. Air liur pun kami segera menetes membasahi lantai studio. Ih...jorok abis.

“Mas-mas, ini pisang gorengnya. Silakan dimakan ya,” kata Mbak Inah genit.

Tanpa dikomando, kami langsung mengambil satu-persatu pisang goreng di atas nampan sampe lupa bahwa pisang gorengnya masih panas. Maklum baru kelar dari penggorengan. Karuan aja kami semua berjingkrak-jingkrak sambil mengibas-ibaskan tangan karena kepanasan. Dasar. Habis kelaparan banget nih. Mbak Inah hanya tersenyum kecil melihat tingkah kami.

Hanya dalam beberapa menit, pisang goreng itu sudah ludes. Hanya menyisakan satu potong di atas nampan. Karena kami sudah makan masing-masing tiga potong, gila.....lapar apa rakus? Melihat masih ada sisa di atas nampan, kami saling tunggu. Semuanya pada jaim nggak mau mengambil pisang goreng itu. Takut nanti dikatain rakuslah, makannya banyak lah, dll. Maka pisang itu masih tergolek dengan manisnya sambil melambai-lambaikan tangannya dengan gerakan slowmotion.

Tiba-tiba, tak disangka-sangka, tikus buronan kami keluar dari persembunyiannya dan langsung menggigit pisang goreng tadi. Kami spontan berteriak. Tapi sebelum sempat mengusir tikus kurang ajar itu, dari tangga terdengar langkah kaki disertai bunyi dehem yang khas. Wah, gawat. Pak Bos datang.

Kami segera menempati posisi masing-masing sambil sibuk cari-cari kerjaan. Karena saking tergesa-gesa, aku menginjak kaki Alung yang segera mengirimiku sumpah serapah hapalannya. Jadi inget sama temennya Tintin, siapa itu namanya? … ah aku lupa!

Sesampenya di ruang studio, mendadak Pak Achmad melirik pisang goreng yang tinggal sebiji di atas nampan.
“Lho, ini masih sisa satu kok nggak ada yang makan?”

Glek ... Bos mengambil pisang goreng itu sambil memandang ke arah kami.
“Ada yang mau?”

Kami semua menggelengkan kepala. Alung pun sampe menangis haru.

“Ya sudah, aku makan saja ya.”

Hueeek!!!

Selasa, 02 Juni 2009

Balada Rumah Biru, Schedule 11 - Tetangga Sebelah Kantor

Hari itu, pas hari Senin, aku datang agak terlambat. Sebelum berangkat kerja, Ibu menyuruhku untuk mengantarnya berbelanja ke Pasar Gedhe dulu. Buat persediaan di rumah, kulkas di rumah udah kosong nggak ada isinya. Maka daripada naik angkot, lama ngetemnya lagi, so Ibu sekalian berangkat denganku. Jadilah aku sampe di kantor sekitar jam sembilan. Untungnya pagi itu, kata Mbah Hamid pas bukain pintu gerbang, Pak Achmad masih pergi senam pagi bareng Bu Lis di kawasan Manahan sejak jam enam pagi tadi. Emang ngefek ya senamnya, Bos. Jadi aman deh nggak bakal kena semprot. Sering-sering senam aja ya Bos, biar aku bisa agak siangan masuk kerjanya .... hehehe.

Sampe di parkiran motor, ternyata tempatnya udah penuh. Keliatannya anak-anak udah datang semuanya. Tumben nih. Padahal mereka seringnya molor kalo masuk kantor. Cuma aku dan Zaini yang sering on time. Aku langsung nyelonong masuk. Baru aja mo naik tangga, terdengar suara gaduh dari arah studio. Ada apa nih? Kok pagi-pagi udah pada ribut? Aku pun segera bergegas. Mungkin baru bagi oleh-oleh kali. Soalnya weekend kemarin, katanya Alung pergi ke Wonosobo. Mo jenguk calon mertuanya yang rumahnya deket ama Gunung Sindoro. Tepatnya di daerah Parakan. Kali aja hari ini dia bawa oleh-oleh buat temen-temen kantor.

Tapi begitu sampe di atas, aku pun kecewa berat. Ternyata Alung nggak bawa apa-apa. Nggak ada oleh-oleh sama sekali. Boro-boro oleh-oleh, lha tas kerjanya aja lupa nggak dibawa ke kantor. Padahal tadi aku udah membayangkan dapet makanan khas Wonosobo yang sekalipun belum pernah kucicipin.

Belum hilang rasa kecewaku, mendadak pandanganku tertuju pada benda aneh yang ada di tangan Alung. Sebuah benda bulat, panjang, hitam, kucel, bisa dimajuin, bias dimundurin, bentuknya membesar ke salah satu ujungnya, hayo apaan coba ... jangan ngeres dulu ya. Di depannya terdapat lensa cembung berbentuk bulat. Nah, apa coba? Yap, itu sebuah teropong, mirip ama teropong Jack Sparrow di trilogi Pirates of The Carribean. Tapi ngomong-ngomong, buat apa benda itu sampe nyasar kesini ya?

“Lung, ngapain bawa teropong ke kantor? Mo main jadi bajak laut lo?”

“Yaaach, Mas Isma ketinggalan infotainment nih. Katanya dedengkot di sini, masak belum tau?”

“Emang dari dulu kamu belum tau, Is?” Prast ikut nimbrung.

“Ada apa sih, Prast? Jangan bikin aku penasaran nih.”

“Gini deh, coba kamu deketin jendela di depan tuh. Trus arahkan pandangan ke arah jam sembilan, tapi kepalamu agak keluar sedikit . Entar kamu bakal tau apa yang kita maksud.”

Aku ikutin petunjuk Prast. Kulangkahkan kakiku segera menuju jendela yang menghadap langsung ke arah jalan Radjiman.

Emang ada apa ya di jendela itu? Setahuku, tuh jendela bentuknya juga nggak aneh-aneh. Paling-paling cuma bisa liat kendaraan yang lalu lalang di jalan Radjiman. Nggak ada yang ganjil. Trus ngapain temen-temen sampe ribut gitu. Makin bikin penasaran aja nih.

Segera kupercepat langkahku. Dan setelah sampe, dengan kepala agak menyembul keluar dari jendela, kutengokkan pandangan ke arah jam sembilan. Dan, ……………. Masya Allah!

“Gimana pemandangannya, Is?” tanya Prast.

“Gila lo pade. Ini tho yang kalian ributkan dari tadi. Aku baru tahu kalo di sini ada pemandangan bagus.”

Anak-anak pun pada tertawa terbahak-bahak.

“Nah, baru tau kan sekarang? Itulah kegunaan teropong ini, Mas. Sebenarnya sih ini punya si Dika, tadi pas aku nemuin pemandangan yang bagus itu, aku langsung telpon Dika buat bawain teropong yang dulu pernah ditunjukkan padaku sebelum berangkat kantor.”

“Kebetulan, ini dulu oleh-oleh dari Bapak pas dari perjalanan dinas ke Singapore,” imbuh Dika.

“Gimana, Mas. Mau coba?” tanya Alung

“Boleh, Lung. Sini, cepetan gih teropongnya.”

“Tapi ati-ati, Mas. Jangan sampe ketahuan.”

“Udah, beres.” Aku segera merebut teropong dari tangan Alung. Segera kumulai aksi mata-mataku. Teropong Dika kumaju-mundurkan untuk mendapat focus dan angle yang bagus. Dan hasilnya, sungguh luar biasa. Aku sampe nggak beranjak dari tempatku selama beberapa menit.

“Mas, gantian donk!” Tiba-tiba Dika berusaha merebut teropongnya kembali.

“Sebentar, Ka. Tanggung, nih.”

“Eh, Mas Isma. Gantian lah.” Aris ikut-ikutan.

Maka tak lama kemudian, teropong itu udah berpindah ke beberapa tangan dalam hitungan menit. Digilir sama kita bertujuh. Kasihan juga tuh teropong, sampe lemes. Halah, kaya apaan aja. Mulai dari Dika, Prast, Alung, Aris, Hadi, Zaini dan terakhir aku tentunya. Emang apaan sih yang dilihat? Pada penasaran kan kalian semua? Gini nih ceritanya.

Ternyata selama ini kami baru tahu kalo disamping kantor, tetanggaan pula, rupanya ada tempat kost-kost cewek! Dan yang nge-kost di situ kebanyakan mahasiswi, pegawai kantor maupun sales promotion girls. Nah, karena bangunannya cuma satu lantai dan pagarnya tidak terlalu tinggi, maka “pemandangan” suasana di dalam kost-kostan itu terlihat jelas dari arah jendela studio Rumah Biru yang terletak di lantai atas, meskipun ngeliatnya harus serong ke arah jam sembilan, pake nongolin kepala pula. Ditambah pake teropongnya si Dika, makin jelaslah “pemandangan”nya. Dasar mesum, hehehe …